Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2022, 22:10 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu masih menunggu hasil uji laboratorium ikan yang terdampar di dermaga Pulau Onrust beberapa waktu lalu.

"Ikan diuji (laboratorium) biasanya 10 hari," ungkap Kepala Suku Dinas (Sudin) Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Kepulauan Seribu Devi Lidya saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/12/2022).

Dia menjelaskan, sejauh ini Sudin KPKP telah mengidentifikasi temuan sementara terkait penyebab ikan-ikan kecil terdampar. Pihaknya melaporkan, bahwa senyawa amonia, nitrat, dan fosfat yang terkandung di dalam air laut di Kepulauan Seribu melebihi ambang batas yang diduga menjadi penyebab ribuan ikan naik ke daratan beberapa waktu lalu.

Baca juga: Ratusan Ikan yang Terdampar di Pulau Onrust Diduga Kekurangan Oksigen karena Hal Ini

Parameter air laut yang diambil dari Pulau Cipir, Pulau Onrust, dan Pulau Bidadari dinyatakan tidak memenuhi standar.

"Pada hasil uji fisik dan kimia air di perairan Kepulauan Seribu terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi standar," jelas Devi.

Devi turut menjabarkan kandungan senyawa kimia yang telah diidentifikasi di antaranya:

  1. Pulau Cipir, sampel airnya mengandung nitrat 10 miligram per liter (mg/l), dan fosfat 0,5 mg/l
  2. Pulau Onrust sampel airnya mengandung amonia 0,5 mg/l, nitrat 10 mg/l, dan fosfat lebih dari 2 mg/l
  3. Pulau Bidadari sampel airnya mengandung nitrat 10 mg/l dan fosfat 0,5 mg/l

"Dari hasil tersebut maka diduga penyebab ikan dengan jenis tertentu naik ke pesisir pantai, yaitu kandungan sedimen dasar air laut naik ke permukaan (upwelling)," kata Devi.

Baca juga: BMKG: Fenomena Ratusan Ikan Terdampar di Pulau Onrust Bukan Pertanda Gempa dan Tsunami

Kandungan sedimen dasar air laut naik ke permukaan alias upwelling. Kata Devi, ini menyebabkan konsentrasi ketiga senyawa itu berada di atas ambang batas yang telah ditentukan. Akibatnya, ikan menjadi mabuk dan kekurangan oksigen sehingga terkapar di atas permukaan air laut.

Selain itu, ikan juga diduga naik secara tiba-tiba ke daratan di pesisir pulau akibat pasang surut air laut yang cukup ekstrem.

Adapun dalam studi berjudul "Konsentrasi Amoniak, Nitrat, dan Fosfat di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura" tahun 2018, amonia, nitrat, dan fosfat merupakan zat hara yang menunjang kesuburan perairan.

Baca juga: Air Laut Sempat Berubah Warna Sebelum Ratusan Ikan Terkapar di Daratan Pulau Onrust

Namun, pada tingkatan tertentu, konsentrasi senyawa di atas normal dapat berdampak negatif, seperti menurunkan kandungan oksigen di perairan, menurunkan biodiversitas, dan meningkatkan risiko muncul maupun berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya.

Sementara ini, Devi menyimpulkan bahwa ikan yang mengonsumsi tiga senyawa itu tidak berbahaya.

"Kita tunggu hasil laboratoriumnya ya, tapi sejauh ini tidak berbahaya," ucap Devi.

Sebelumnya diberitakan, ikan-ikan kecil terdampar di Pulau Onrust dan membuat geger warga setempat pada Selasa (29/11/2022). Kejadian serupa terjadi di Pantai Mutiara, Jakarta Utara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas LH DKI Imbau Warga Terapkan Konsep 'Green Ramadhan' demi Lestarikan Lingkungan

Dinas LH DKI Imbau Warga Terapkan Konsep "Green Ramadhan" demi Lestarikan Lingkungan

Megapolitan
Tarif Tol Jakarta-Cirebon untuk Mudik Lebaran 2024

Tarif Tol Jakarta-Cirebon untuk Mudik Lebaran 2024

Megapolitan
Brankas Beserta Isinya Dirampok, Warga Ciracas Kehilangan BPKB hingga Logam Mulia

Brankas Beserta Isinya Dirampok, Warga Ciracas Kehilangan BPKB hingga Logam Mulia

Megapolitan
JPO Depan Kampus Trisakti Rusak, Pengamat: Merusak Budaya Berjalan Kaki

JPO Depan Kampus Trisakti Rusak, Pengamat: Merusak Budaya Berjalan Kaki

Megapolitan
JPO Depan Kampus Trisakti Sempat Bolong, Pengamat: Mengabaikan Prinsip Memanusiakan Pejalan Kaki

JPO Depan Kampus Trisakti Sempat Bolong, Pengamat: Mengabaikan Prinsip Memanusiakan Pejalan Kaki

Megapolitan
Rumah Mewah di Ciracas Dibobol Maling, Isi Brankas Senilai Rp 150 Juta Raib

Rumah Mewah di Ciracas Dibobol Maling, Isi Brankas Senilai Rp 150 Juta Raib

Megapolitan
Jadwal Mundur, Uji Coba Lima Angkot Listrik di Bogor Dimulai Awal April

Jadwal Mundur, Uji Coba Lima Angkot Listrik di Bogor Dimulai Awal April

Megapolitan
Rumah Kos di Jagakarsa Jadi Tempat Produksi Tembakau Sintetis Selama 3 Bulan

Rumah Kos di Jagakarsa Jadi Tempat Produksi Tembakau Sintetis Selama 3 Bulan

Megapolitan
Meski Jadi Korban Main Hakim Sendiri, Pengemudi Ford Ecosport yang Mabuk Tetap Ditilang

Meski Jadi Korban Main Hakim Sendiri, Pengemudi Ford Ecosport yang Mabuk Tetap Ditilang

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 18 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 18 Maret 2024

Megapolitan
Paling Banyak karena Tak Pakai Sabuk, 14.510 Pengendara Ditilang Selama Operasi Keselamatan Jaya 2024

Paling Banyak karena Tak Pakai Sabuk, 14.510 Pengendara Ditilang Selama Operasi Keselamatan Jaya 2024

Megapolitan
Tarif Tol Jakarta-Pemalang untuk Mudik 2024

Tarif Tol Jakarta-Pemalang untuk Mudik 2024

Megapolitan
Kasus Meterai Palsu Ratusan Juta Rupiah di Bekasi, Bagaimana Cara Membedakan Asli dan Palsu?

Kasus Meterai Palsu Ratusan Juta Rupiah di Bekasi, Bagaimana Cara Membedakan Asli dan Palsu?

Megapolitan
Penggerebekan Tempat Produksi Tembakau Sintetis di Rumah Kos Jagakarsa Berawal dari Pengguna yang Tertangkap

Penggerebekan Tempat Produksi Tembakau Sintetis di Rumah Kos Jagakarsa Berawal dari Pengguna yang Tertangkap

Megapolitan
Gerebek Kos-kosan di Jagakarsa, Polisi Sita 500 Gram Tembakau Sintetis

Gerebek Kos-kosan di Jagakarsa, Polisi Sita 500 Gram Tembakau Sintetis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com