DEPOK, KOMPAS.com - Limbah rumah tangga yang diproses di Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) Kota Depok disebut sebagai pengelolaan limbah terbaik, setelah Bali.
Akan tetapi, pengelolaan limbah di IPTL masih memiliki kekurangan, yakni belum ada mesin penyaring lumpur modern.
Kepala UPTD IPLT Kota Depok Asep Q Hidayat mengatakan, penyaring lumpur modern itu diperlukan untuk memisahkan antara logam, pasir, hingga sampah lainnya yang berasal dari septic tank.
Baca juga: Wali Kota Idris Sebut Pengelolaan Limbah di Depok Terbaik Kedua Setelah Bali
"Dan itu kita belum ada mesin pemisah itu, karena mesin pemisah itu terbukti dapat memisah antara sampah logam, kain-kain dan segala macem, pasir dan kerikil, tapi nanti yang masuk ke kolam itu lumpur," ujar Asep saat ditemui di kantornya, Kamis (8/12/2022).
Meski begitu, kata Asep, pihaknya tetap berusaha memaksimalkan pengolahan limbah dengan mesin beltpress tanpa mesin penyaring modern.
Namun, risikonya mesin tersebut akan cepat rusak jika pengolahannya tak berhati-hati.
Baca juga: Delegasi Laos Datang ke Depok, Wali Kota Idris Sebut Mau Belajar Pengelolaan Limbah
"Kita harus hati-hati nanti akan kesebar ke mesin pengolahan itu mesin akan cepat rusak. Mesin itu dirancang untuk mem-beltpress lumpur halus. Kalau lumpurnya ada logam, pecahan kaca, besi, pasir, kerikil kami tetap saring," ujar dia.
Untuk itu, Asep menyebutkan IPLT sangat memerlukan mesin penyaring lumpur tersebut.
"Kekurangannya itu saja, mesin penyaringan, cukup satu saja. Perkiraan memang harganya sekitar Rp 600 juta," imbuh dia.
Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Depok Mohammad Idris menyebut wilayah administrasinya merupakan kota terbaik dalam pengelolaan limbah, setelah Bali.
Baca juga: Disegel, Bangunan Penampungan Limbah dan Barang Rongsok yang Berdiri Liar di Bekasi
Hal itu berdasarkan penilaian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) lantaran pengelolaan limbah di Depok menggunakan teknologi modern.
"Iya (Depok terbaik) soal pengelolaan limbah bersama bali, karena memang tadi mesin pengelolanya modern tidak manual lagi," kata Idris usai menerima kunjungan delegasi Laos di Kantor UPTD IPLT, Kalimulya, Cilodong pada Selasa (5/12/2022).
Kendati demikian, kata Idris, Pemkot Depok akan mengevaluasi dengan para pakar terkait kekurangan pengelolaan limbah tersebut.
"Hasilnya pun dinilai oleh Bappenas progresnya cukup baik. Tapi nanti kita lihat kan ada pakar-pakar, apa kekurangannya akan kami share sehingga nanti mereka bisa benar-benar belajar khususnya Depok," ujar dia.
Baca juga: Seorang Ibu Diduga Buang Bayi ke Tong Sampah Usai Melahirkan di Toilet Terminal Pulogebang
Idris mengakui kekurangan pengelolaan limbah di wilayah administrasinya, salah satunya, tak memiliki alat penyaringan sampah di dalam mobil.
"Kekurangannya, di antaranya alat penyaring sampah ya dari mobil ke alat penyaringnya nanti ada plastik, beling, segala macam, itu akan terpisah sebelum masuk ke kolamnya," ujar dia.
Oleh karena itu, Idris meminta Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyediakan empat alat penyaring limbah untuk Kota Depok.
"Kami butuh tiga atau empat unit sehingga nanti lebih jernih lagi air limbah yang akhirnya keluar dari kolam," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.