Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Dinas LH DKI: Rusun Marunda Tak Mungkin Bersih dari Pencemaran Debu Batu Bara

Kompas.com - 09/12/2022, 18:02 WIB
Muhammad Naufal,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Area di sekitar Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, disebut tidak mungkin bersih dari pencemaran debu batu bara.

Hal ini dinyatakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, usai Rusunawa Marunda kembali dicemari debu batu bara.

Ia menyatakan Rusunawa Marunda tak mungkin bersih dari pencemaran itu karena terdapat banyak industri di sekitar rusun tersebut.

"Memang daerah tersebut dikelilingi kawasan industri yang memang industrinya masih pakai batu bara sebagai pembangkit atau bahan bakarnya," sebut Asep kepada awak media, Jumat (9/12/2022).

"Memang karena kawasan industri, (Rusunawa Marunsa) tidak mungkin bersih 100 persen dari batu bara, memang masih ada batu bara yang ke rusun," sambungnya.

Baca juga: Debu Batu Bara Tak Kunjung Hilang, Warga Rusun Marunda Minta Kinerja Sudin Lingkungan Hidup Dievaluasi

Meski demikian, menurut Asep, kualitas pencemaran udara di Rusunawa Marunda kini sudah berkurang.

Sebab, katanya, DLH DKI Jakarta telah menyetop operasional perusahaan yang sebelumnya terbukti mencemari Rusunawa Marunda yaitu PT Karya Citra Nusantara (KCN).

"Memang masih ada batu bara yang ke rusun (Marunda), tetapi memang dengan kuantitas yang lebih berkurang dibandingkan (saat) KCN (masih beroperasi)," klaim Asep.

Ia menambahkan, berdasarkan uji emisi di lokasi, hasilnya cenderung bagus.

Dalam kesempatan itu, Asep menyebutkan masih ada empat industri di sekitar Rusunawa Marunda yang masing-masing memiliki cerobong asap dengan bahan bakar batu bara.

"Ada empat perusahaan yang memang menggunakan batu bara. Itu sudah kami cek baku mutu cerobong dan itu masih di bawah baku mutu. Kami masih cek apakah ada perusahaan lain yang berpotensi," urai dia.

Baca juga: Marunda Tecemar Batu Bara Lagi, DLH DKI Pastikan Bukan dari PT KCN

Pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM), Cecep Supriadi, sebelumnya menyampaikan bahwa pencemaran debu batu bara berulang terjadi beberapa kali sepanjang 2022.

Terparah, pada Maret hingga Juni 2022 debu batu bara menyebabkan gangguan kesehatan termasuk infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.

"Banyak warga yang terkena batuk-batuk, radang tenggorokan, ISPA, gatal-gatal, dan sakit mata," sebut Cecep saat dihubungi, Senin (14/11/2022).

Debu batu bara, kata dia, sempat berhenti sejak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencabut izin PT KCN.

Namun, September lalu debu batu bara kembali lagi mencemari lingkungan Rusunawa Marunda.

Pencemaran debu batu bara lalu mulai kembali dirasakan warga sejak 20 November 2022 dan masih belum hilang hingga akhir November 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Alasan Warga Masih 'Numpang' KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Alasan Warga Masih "Numpang" KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com