JAKARTA, KOMPAS.com - Warga ibu kota, terutama yang tinggal di bantaran sungai, diharapkan mewaspadai erosi bantaran sungai yang umumnya kerap disebut fenomena pergeseran atau pergerakan tanah.
Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung Heri Andreas menyatakan topografi di Jakarta, relatif landai sehingga memungkinkan adanya erosi di bantaran sungai.
Adapun erosi bantaran sungai terjadi karena masih ada bantaran yang cukup tinggi terhadap muka sungai atau curam.
Baca juga: Dinding Kontrakan di Tangsel Ambruk, Warga Duga Akibat Pergeseran Tanah
Menurut dia, fenomena erosi bantaran sungai berbahaya karena ketika volume air tinggi, rumah yang berada di pinggir sungai bisa amblas dan hanyut.
Secara aturan, bantaran sungai tidak boleh dihuni karena merupakan ruang terbuka hijau. Namun, kenyataan di lapangan banyak hunian di wilayah itu.
”Fenomena erosi sungai makin tinggi karena intensitas curah hujan makin tinggi dan cepat. Ada potensi banjir bandang yang menggerus,” kata Heri dikutip dari Kompas.id, Senin (12/12/2022).
Baca juga: Bangunan Sekolah Khusus di Tangsel Retak akibat Pergeseran Tanah
Seharusnya, menurut Heri, pemerintah dapat mengimplementasikan peraturan yang sudah ada bahwa bantaran sungai harus bebas dari permukiman.
Selain mengurangi kapasitas daya tampung sungai yang berpotensi banjir, ada kemungkinan terjadi bencana erosi bantaran sungai jika masih terdapat hunian.
Heri menyarankan sungai direvitalisasi karena di sekitar bantaran sungai rawan terjadi banjir dan erosi.
Baca juga: Diduga Pergeseran Tanah, Enam Rumah di Tangsel Retak hingga Ambruk
"Lebih bagus lagi kalau dikombinasikan dengan program normalisasi atau naturalisasi sungai. Kalau hanya imbauan, itu bukan solusi," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah mengeluarkan peringatan dini soal potensi pergerakan tanah di 10 kecamatan di Ibu Kota.
Baca juga: Pergerakan Tanah Berpotensi Terjadi di 10 Kecamatan di Jakarta, Ini Daftarnya
Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), 10 kecamatan itu terletak di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Di Jakarta Selatan, pergerakan tanah berpotensi terjadi di Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan.
"(Potensi pergerakan tanah di) Jakarta Timur meliputi wilayah Kecamatan Kramatjati dan Pasar Rebo," kata Isnawa dalam keterangannya, Minggu (4/12/2022).
(Kompas.com: Muhammad Naufal | Kompas.id: Mis Fransiska Dewi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.