JAKARTA, KOMPAS.com - Budayawan Betawi Ridwan Saidi meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Minggu (25/12/2022) pagi.
Ridwan tutup usia di umur 80 tahun setelah sebelumnya tidak sadarkan diri pada dua hari atau Jumat (23/12/2022) pagi. Keluarga menyebut Ridwan mengalami pendarahan otak.
Jenazah Ridwan sempat disemayamkan di rumah duka di Jalan Merak II, Bintaro Sektor 1, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, sebelum dimakamkan di TPU Karet Bivak.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, ambulans yang membawa jenazah Ridwan Saidi tiba di rumah duka sekitar pukul 11.50 WIB.
Sejumlah kerabat dan tetangga yang telah tiba di rumah duka menyambut kedatangan jenazah dari mobil ambulans berwarna silver.
Jenazah Ridwan yang berada di dalam keranda dibalut kait berwarna hijau dan kuning itu lalu dikeluarkan dan disemayamkan di ruang tengah rumah duka.
Baca juga: Jenazah Budayawan Betawi Ridwan Saidi Dimakamkan di TPU Karet Bivak
Sejumlah tokoh pun mulai berdatangan.
Tidak terkecuali Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang datang ke rumah duka Ridwan Saidi untuk melayat.
Selain itu, sejumlah tokoh juga tokoh menghadiri pemakaman Budayawan Betawi Ridwan Saidi di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu sore.
Para tokoh yang hadir di antaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, eks Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, politisi Fadli Zon dan Hadir pula anggota DPD RI Jimly Asshiddiqie serta Sylviana Murni.
Kenangan Heru Budi
Heru tiba di rumah duka Ridwan sekitar pukul 14.05 WIB. Heru datang mengenakan mobil Toyota Innova berwarna hitam. Ia didampingi Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata Marullah Matali.
Heru mengenakan baju koko berwarna putih putih dan peci serta celana berwarna hitam saat melayat.
Dalam kesempatan tersebut, Heru pun mengenang Ridwan selama ini yang dikenal sebagai sosok yang selalu memberikan hasil pemikirannya untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemikiran yang disampaikan Ridwan itu kerap digunakan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk kemajuan budaya Betawi.
"Ya kami mengikuti pemikiran-pemikiran beliau, kenangan-kenangan terbaik. Mudah-mudahan pemikiran-pemikiran beliau bisa kami lanjutkan untuk bisa mengamalkan, melestarikan budaya Betawi," ujar Heru.
Baca juga: Heru Budi: Semoga Pemikiran Ridwan Saidi Bisa Kami Lanjutkan untuk Lestarikan Budaya Betawi
Heru mengatasnamakan Dinas Kebudayaan DKI juga mengungkapkan belasungkawa atas meninggalnya Ridwan Saidi.
Ia mengenal Ridwan sebagai tokoh Betawi yang mengetahui dan memahami sejarah DKI Jakarta.
"Kami merasa kehilangan atas wafatnya beliau. Yang banyak nasihatnya untuk kami-kami yang lebih muda dan kami ikuti," ucap Heru.
Kenangan Anies Baswedan
Tampak karangan bunga dari Anies berada di depan rumah duka Ridwan bersama kiriman para tokoh-tokoh.
"Kita di Jakarta merasa kehilangan salah seorang putra Betawi yang selama ini menghibahkan waktunya, energinya, hidupnya untuk pelestarian budaya Betawi," kata Anies melalui akun Instagram @aniesbaswedan, Minggu (25/12/2022).
"Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah, serta mengampuni semua khilaf beliau. Al-Fatihah," lanjut dia.
Anies dalam unggahan foto bersama Ridwan Saidi dalam akun Instagram pribadinya juga menyampaikan kenangan atau momen bersama.
Ridwan, kata dia, telah menganggap dirinya sebagai cucu. Sebab, kakek Anies merupakan sahabat Ridwan.
"Ketika kakek meninggal di tahun 1986, Babeh Ridwan menuliskan obituari dalam sebuah artikel kesaksian terhadap A.R. Baswedan di majalah Panji masyarakat no 499 edisi 19 Maret 1986," ucap Anies.
Anies juga menyampaikan, pada saat Ridwan Saidi berulang tahun ke-76, dia memberikan topi gubernur di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
"Pada miladnya yang ke-76 di TIM (2018) saya berikan topi gubernur yang ternyata almarhum sering pakai saat jalan ke lapangan," ungkap Anies.
"Pagi ini beliau berpulang. Babeh Ridwan Saidi, seorang aktivis, sejarawan dan budayawan Betawi yang kita banggakan," imbuh dia.
Pendarahan otak
Ridwan meninggal dunia karena sakit yang diderita dua hari sebelumnya. Ridwan dikabarkan sempat tidak sadar karena mengalami pendarahan otak.
"Beliau meninggal karena pendarahan di batang otak. Kami menemukan beliau dalam keadaan koma pada Jumat pagi hari," ujar kata putra ketiga Ridwan, Rifat saat dikonfirmasi, Minggu.
Sementara itu, Feny, ipar dari Ridwan, mengatakan bahwa almarhum ditemukan tak sadarkan diri di kamar rumah oleh sang istri pada Jumat (23/12/2022).
Baca juga: Sebelum Meninggal, Ridwan Saidi Ditemukan Tak Sadar di Kamar oleh Sang Istri
Ridwan kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. "Itu sudah tidak sadar, keluar busa dari mulutnya. Langsung buru-buru panggil tukang bawa ke rumah sakit," kata Feny.
Feny berujar, Ridwan tak memiliki riwayat penyakit apa pun selama hidup. Sehari-hari, Ridwan masih terlihat aktif dalam menjalankan aktivitasnya.
"Bapak enggak sakit apa-apa, sehat. Energik juga ya. Kami juga kaget, yang sakit justru ibu (istri Ridwan). Ibu kan kemarin karena sesak, terus sempat masuk rumah sakit, tapi enggak apa-apa," ujar Feny.
"Jadi sudah tak sadar sejak dari rumah. Pagi ini (dinyatakan meninggal)," sambung dia.
Ridwan lahir pada 2 Juli 1942 di Gang Arab Nomor 20, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Ridwan adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya, ketiga kakaknya adalah perempuan semua.
Ia menikahi Yahma Wisnani, seorang wanita kelahiran Minang, Sumatera Barat, pada 1977.
Pasangan ini dikaruniai lima orang anak, yakni Syarifah Jihan Marina, Syarif Razvi, Rifat Najmi, Ferhat Afkar, dan Shahin Maulana.
Baca juga: Budayawan Betawi Ridwan Saidi Alami Pendarahan Otak Sebelum Meninggal, Ini Gejala dan Penyebabnya
Ridwan memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada 1976.
Semasa kuliah ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan berhasil menjadi Ketua Umum PBHMI 1974-1976.
Ridwan kemudian menjadi caleg PPP pada Pemilu 1977. Ia pun terpilih sebagai anggota DPR dari PPP.
Ketika Ridwan sudah tidak aktif lagi dalam dunia perpolitikan nasional selepas menjabat anggota DPR pada 1987, ia memfokuskan diri mengamati masalah-masalah kebudayaan Betawi.
Namun, Ridwan seperti yang ia katakan, "saya tidak pernah masuk ke dalam organisasi etnik Betawi, karena tidak memiliki kejelasan apa yang mereka perjuangkan".
Ridwan juga tidak memiliki hasrat untuk berkecimpung di dalam struktur pemerintahan DKI Jakarta, khususnya Badan Musyawarah (Bamus) Betawi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.