Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2022, 11:27 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Penduduk Kampung Sawah di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, dikelilingi oleh Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, dan Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi.

Tiga rumah ibadah ini lokasinya berdekatan dan titik bangunan berdiri membuat ketiganya terlihat seperti membentuk sebuah segitiga.

Bagi warga Kampung Sawah, toleransi antar-umat beragama bukanlah hal yang luar biasa. Umat Katolik, Protestan, dan Muslim sudah hidup berdampingan sejak zaman nenek moyang.

Ini yang membuat Kampung Sawah disebut sebagai "Segitiga Emas". Toleransi dan kerukunan sesama warga sudah mendarah daging akibat ajaran turun-temurun.

Baca juga: Asal-usul Julukan “Segitiga Emas” untuk Kampung Sawah Kota Bekasi

Persiapan perayaan hari keagamaan setiap umat di Kampung Sawah pun turut dibantu oleh mereka yang tidak merayakannya, demikian dituturkan oleh Pegiat Kemasyarakatan di Kampung Sawah Ricardus Jaobus Napiun.

“Saling membantu bukanlah sesuatu yang dibuat-buat supaya kelihatan guyub. Ini sudah mendarah daging, turun-temurun dari zaman nenek moyang. Itu yang diajarkan dan kami ajarkan turun-temurun,” terang dia kepada Kompas.com di kediamannya di Kampung Sawah, Senin (26/12/2022).

Pria yang akrab disapa Jacob ini tidak menampik, ada kemungkinan semangat toleransi antar-umat beragama bisa luntur di kalangan generasi muda pada waktu yang akan datang.

Ia pun tidak menyangkal bahwa ajaran soal toleransi, jika digaungkan melalui diskusi formal seperti seminar atau presentasi, dapat membuat bosan anak-anak muda di Kampung Sawah.

Baca juga: Tradisi Ngejotin yang Identik dengan Hari Raya Keagamaan di Kampung Sawah...

Guna mengantisipasi hal tersebut, Jacob dan para tetua lainnya di sana berupaya memfasilitasi anak-anak muda melakukan kegiatan bersama, tanpa memandang latar belakang termasuk perbedaan agama.

“Bukan (memaksa) mereka harus begini dan begitu, tetapi tanya maunya seperti apa. Di sini ada sejumlah kegiatan kebersamaan yang membangun dan menyuarakan toleransi ke anak muda. Kami punya Gerakan Ngeriung Bareng,” ungkap Jacob.

Gerakan Ngeriung Bareng digagas oleh Jacob dan warga lainnya pada 2009 silam. Namun, kegiatan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, meski tanpa nama formal.

Baca juga: Toleransi Beragama di Kampung Sawah Bekasi, Saling Bantu Persiapan Hari Raya

Kegiatan kumpul-kumpul ini diikuti oleh warga Kampung Sawah, tanpa melihat batas gender, agama, usia, marga, dan latar belakang. Kegiatan diisi dengan membahas beragam isu yang tengah populer.

“Pertama kali dilakukan di halaman Gereja Santo Servatius. Ada pohon kelengkeng perdamaian yang ditanam Kardinal Julius Darmaatmadja sebagai simbol perdamaian,” ungkap Jacob.

“Diberikan juga tanaman-tanaman perdamaian dalam jenis lainnya ke semua tokoh masyarakat dan agama. (Sejak saat itu) kegiatan Ngeriung masih berjalan. 15 September 2022 kemarin kami buat lagi,” imbuh dia.

Baca juga: Cerita di Balik Jemaat Misa Natal Gereja Kampung Sawah yang Pakai Baju Adat Betawi

Jacob mengatakan, ada berbagai macam hal yang didiskusikan dalam kegiatan tersebut. Namun, ada hal lain yang tidak kalah penting dari isi diskusi, yakni kumpul antara warga untuk menjalin silaturahmi.

“Itulah yang memperkuat persaudaraan (di Kampung Sawah). Juga, tidak ada satu pun teman-teman Muslim bilang enggak mau dan haram saat diajak pertemuan di amfiteater gereja. Mereka hadir, bilang nyaman, berkeliling, dan kami minum bir pletok bersama-sama,” ujar Jacob.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Polisi Tilang 3 Pengemudi Mobil Mewah yang Putar Balik dan Lawan Arah di Tol Desari

Polisi Tilang 3 Pengemudi Mobil Mewah yang Putar Balik dan Lawan Arah di Tol Desari

Megapolitan
Pesan Orangtua Alvaro, Pasien Anak yang Meninggal Usai Operasi Amandel: Tolong Kerja Pakai Hati

Pesan Orangtua Alvaro, Pasien Anak yang Meninggal Usai Operasi Amandel: Tolong Kerja Pakai Hati

Megapolitan
Cegah Api Menjalar, Warga jalan Jatayu Kebayoran Lama Estafet Angkut Ember Berisi Air

Cegah Api Menjalar, Warga jalan Jatayu Kebayoran Lama Estafet Angkut Ember Berisi Air

Megapolitan
Belum Tahu Penyebab Pasti Anaknya Mati Batak Otak, Orangtua Alvaro: Kami Masih Bertanya-tanya

Belum Tahu Penyebab Pasti Anaknya Mati Batak Otak, Orangtua Alvaro: Kami Masih Bertanya-tanya

Megapolitan
Damkar: Luas Area Terbakar di Kebayoran Lama Capai 3.000 Meter Persegi

Damkar: Luas Area Terbakar di Kebayoran Lama Capai 3.000 Meter Persegi

Megapolitan
Ledakan dan Tangisan Menggema di Lokasi Kebakaran Permukiman Padat Penduduk di Kebayoran Lama

Ledakan dan Tangisan Menggema di Lokasi Kebakaran Permukiman Padat Penduduk di Kebayoran Lama

Megapolitan
Ijazah Pelajar di Koja Ditahan karena Tunggakan Biaya, DPRD DKI: Ekonomi Ortu Mereka Terpuruk

Ijazah Pelajar di Koja Ditahan karena Tunggakan Biaya, DPRD DKI: Ekonomi Ortu Mereka Terpuruk

Megapolitan
PPKGBK Sebut Negosiasi Royalti Lahan Hotel Sultan Sedang 'Deadlock'

PPKGBK Sebut Negosiasi Royalti Lahan Hotel Sultan Sedang "Deadlock"

Megapolitan
Dirjen Imigrasi: Mentan Syahrul Yasin Limpo Tiba di Indonesia Pukul 18.41 WIB

Dirjen Imigrasi: Mentan Syahrul Yasin Limpo Tiba di Indonesia Pukul 18.41 WIB

Megapolitan
LRT Jabodebek Berlakukan Tarif Normal, Penumpang: Sepadan dengan Layanan dan Fasilitas

LRT Jabodebek Berlakukan Tarif Normal, Penumpang: Sepadan dengan Layanan dan Fasilitas

Megapolitan
Saat Para Bocah di Cipinang Melayu Berebut Cokelat dari Kaesang...

Saat Para Bocah di Cipinang Melayu Berebut Cokelat dari Kaesang...

Megapolitan
Ingatkan ASN DKI Jauhi Pinjol, Heru Budi Singgung Besaran Tunjangan Kinerja

Ingatkan ASN DKI Jauhi Pinjol, Heru Budi Singgung Besaran Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Adu Jotos di Depan Halte BKN Cawang Bermula dari Pengunjung Kafe Mabuk di Luar Kontrol

Adu Jotos di Depan Halte BKN Cawang Bermula dari Pengunjung Kafe Mabuk di Luar Kontrol

Megapolitan
165 Ijazah Pelajar di Koja Ditahan karena Tunggakan Biaya Sekolah, Nilainya Capai Rp 18 Juta

165 Ijazah Pelajar di Koja Ditahan karena Tunggakan Biaya Sekolah, Nilainya Capai Rp 18 Juta

Megapolitan
Mendag Belanja Kaus hingga Rp 1 Juta, Dibagikan ke Pedagang dan Pengunjung ITC Mangga Dua

Mendag Belanja Kaus hingga Rp 1 Juta, Dibagikan ke Pedagang dan Pengunjung ITC Mangga Dua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com