Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trem Pernah Menjadi Angkutan Umum yang Merajai Jalanan di Ibu Kota

Kompas.com - 29/12/2022, 05:15 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Saat trem uap sudah diaggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan zaman, perusahaan pemerintah Hindia-Belanda yakni Bataviaasche Verkeer Maatschappij (BVM) mengoperasikan trem listrik sepenuhnya.

Baca juga: Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda di Proyek MRT Dibangun pada Abad 18

Ada lima rute yang dioperasikan BVM, tetapi yang terpanjang melintang sepanjang 14,3 km dari pusat kota Batavia di kawasan Kota Tua hingga daerah Kampung Melayu.

Ketergantungan masyarakat pada trem

Pada masa Hindia Belanda, Kota Batavia disebut dengan Residentie Batavia, yang sekaligus menjadi pusat pendudukan pemerintah Hindia Belanda.

Permukiman di kawasan Batavia terdiri atas beberapa daerah, yaitu Penjaringan, Pasar Senen, Mangga Besar, dan Tanah Abang.

Karena Batavia dijadikan sebagai pusat perdagangan dan perekonomian, maka dibutuhkan transportasi untuk mengangkut komoditas sekaligus para tenaga kerja.

Untuk meningkatkan efektivitas layanan, dua perusahaan operator trem di Batavia kala itu yakni NITM dan BVM bergabung menjadi BVMNV atas saran Kepala Pemerintahan Kota Batavia saat itu, Ir Voornerman.

Baca juga: Semoga Rel Trem Kuno Itu Bisa Dipasang di Kota Tua untuk Wisata

Pada perkembangannya, mengikuti kebutuhan Batavia yang terus tumbuh, BVMNV tidak hanya menjalankan trem, tetapi juga mulai mengoperasikan bus-bus yang melayani angkutan di sekitar permukiman di Batavia.

Pada era penjajahan Jepang mulai 1942, BVMNV beralih nama menjadi Djakarta Shiden. Di zaman Jepang, Djakarta Shiden kembali hanya mengoperasikan trem karena bus-busnya dipakai militer Jepang.

Tiga hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945, barulah perusahaan operator trem itu diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola Perusahaan Jawatan Kereta Api bagian trem.

Hanya dua tahun perusahaan trem itu dikuasai Indonesia. Pada 1947-1954, trem kota kembali dikuasai Belanda dengan pengelola BVMNV.

Akhir kisah trem di Jakarta

Pada 1954, BVMNV dinasionalisasi berdasarkan Undang-Undang Darurat 10 Tahun 1954. Maka, lahirlah nama Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang mengoperasikan trem bertenaga listrik di Jakarta.

Baca juga: Mengapa Trem Dianggap sebagai Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan?

Namun, trem listrik Jakarta yang dikelola Pemerintah Indonesia ternyata tetap merugi hingga muncul wacana untuk menghapuskan trem listrik.

Penghapusan trem listrik di Jakarta ternyata bukan isapan jempol semata. Pemerintah Indonesia menilai keberadaan trem membuat jalanan kota Jakarta semakin padat.

Secara perlahan jalur trem listrik mulai dihentikan dan digantikan dengan bus-bus yang didatangkan dari Australia.

Pemerintah Indonesia memberhentikan secara resmi penggunaan trem di Jakarta tahun 1962, tepat sebelum pesta olahraga Asian Games dimulai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com