Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trem Pernah Menjadi Angkutan Umum yang Merajai Jalanan di Ibu Kota

Kompas.com - 29/12/2022, 05:15 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rel trem bekas peninggalan kolonial Belanda ditemukan di lokasi mass rapid transit (MRT) Jakarta, segmen Glogok-Kota, pada Kamis (10/11/2022).

Penemuan jalur rel trem tua yang masih kokoh tersebut membuka kembali kenangan akan trem yang pernah beroperasi di wilayah Jakarta.

Ada masa ketika trem menjadi moda transportasi massal utama yang pada waktu itu merajai jalanan di ibu kota.

Trem adalah angkutan massal pertama mirip kereta api yang dioperasikan di Jakarta pada 1869 silam. Pada masa Hindia Belanda, trem berkembang di dua tempat di Indonesia, yaitu Jakarta dan Surabaya.

Perkembangan trem di Jakarta, yang dulu bernama Batavia, didukung dengan kondisi Batavia yang dijadikan Pemerintah Hindia-Belanda sebagai pusat perdagangan dan perekonomian.

Oleh sebab itu, wilayah Batavia membutuhkan sarana transportasi yang efektif, efisien, murah, dan cepat.

Baca juga: Jejak Rel Trem di Jakarta

Dikutip dari laman Kompas.id, Pemerintah Hindia-Belanda memberikan konsesi kepada beberapa perusahaan untuk membangun dan mengoperasionalkan trem yang saat itu masih ditarik dengan kuda.

Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM), yang kemudian menjadi Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij (NITM), adalah perusahaan trem swasta di Batavia pertama kali.

NITM, mendapatkan konsesi untuk mengoperasikan trem di Batavia yang menghubungkan daerah Kota (Jakarta Utara) sampai Meester Cornelis (Jatinegara).

Ketika trem kuda dioperasikan pada 1869, jalur yang dilewati adalah Pasar Ikan-Harmoni-Meester Cornelis (Jatinegara).

Di daerah Kramat, tepatnya di Gang Sekola, didirikan depo trem yang khusus untuk menyimpan kuda-kuda yang difungsikan sebagai penarik trem kuda.

Baca juga: Temuan Rel Trem Zaman Belanda dan Perkembangan Transportasi Publik di Jakarta dari Masa ke Masa

Di dalam depo tersebut diberi kandang-kandang dan pangan, seperti jerami agar kuda-kuda yang digunakan tetap dalam kondisi baik.

Seiring perkembangan zaman, trem kuda tak lagi difungsikan. Selain karena banyak kuda yang pingsan dan mati kelelahan, juga kuda-kuda buang air mengotori jalan yang dilaluinya.

Setelah trem kuda tidak lagi difungsikan, trem uap mulai beroperasi sebagai penggantinya pada 1882.

Meski teknologi lebih maju dengan trem uap, justru banyak terjadi kecelakaan. Selain masalah kecelakaan, trem uap pun dinilai memberikan masalah yang besar terhadap pencemaran udara.

Saat trem uap sudah diaggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan zaman, perusahaan pemerintah Hindia-Belanda yakni Bataviaasche Verkeer Maatschappij (BVM) mengoperasikan trem listrik sepenuhnya.

Baca juga: Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda di Proyek MRT Dibangun pada Abad 18

Ada lima rute yang dioperasikan BVM, tetapi yang terpanjang melintang sepanjang 14,3 km dari pusat kota Batavia di kawasan Kota Tua hingga daerah Kampung Melayu.

Ketergantungan masyarakat pada trem

Pada masa Hindia Belanda, Kota Batavia disebut dengan Residentie Batavia, yang sekaligus menjadi pusat pendudukan pemerintah Hindia Belanda.

Permukiman di kawasan Batavia terdiri atas beberapa daerah, yaitu Penjaringan, Pasar Senen, Mangga Besar, dan Tanah Abang.

Karena Batavia dijadikan sebagai pusat perdagangan dan perekonomian, maka dibutuhkan transportasi untuk mengangkut komoditas sekaligus para tenaga kerja.

Untuk meningkatkan efektivitas layanan, dua perusahaan operator trem di Batavia kala itu yakni NITM dan BVM bergabung menjadi BVMNV atas saran Kepala Pemerintahan Kota Batavia saat itu, Ir Voornerman.

Baca juga: Semoga Rel Trem Kuno Itu Bisa Dipasang di Kota Tua untuk Wisata

Pada perkembangannya, mengikuti kebutuhan Batavia yang terus tumbuh, BVMNV tidak hanya menjalankan trem, tetapi juga mulai mengoperasikan bus-bus yang melayani angkutan di sekitar permukiman di Batavia.

Pada era penjajahan Jepang mulai 1942, BVMNV beralih nama menjadi Djakarta Shiden. Di zaman Jepang, Djakarta Shiden kembali hanya mengoperasikan trem karena bus-busnya dipakai militer Jepang.

Tiga hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945, barulah perusahaan operator trem itu diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola Perusahaan Jawatan Kereta Api bagian trem.

Hanya dua tahun perusahaan trem itu dikuasai Indonesia. Pada 1947-1954, trem kota kembali dikuasai Belanda dengan pengelola BVMNV.

Akhir kisah trem di Jakarta

Pada 1954, BVMNV dinasionalisasi berdasarkan Undang-Undang Darurat 10 Tahun 1954. Maka, lahirlah nama Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang mengoperasikan trem bertenaga listrik di Jakarta.

Baca juga: Mengapa Trem Dianggap sebagai Simbol Penjajahan bagi Kaum Pergerakan?

Namun, trem listrik Jakarta yang dikelola Pemerintah Indonesia ternyata tetap merugi hingga muncul wacana untuk menghapuskan trem listrik.

Penghapusan trem listrik di Jakarta ternyata bukan isapan jempol semata. Pemerintah Indonesia menilai keberadaan trem membuat jalanan kota Jakarta semakin padat.

Secara perlahan jalur trem listrik mulai dihentikan dan digantikan dengan bus-bus yang didatangkan dari Australia.

Pemerintah Indonesia memberhentikan secara resmi penggunaan trem di Jakarta tahun 1962, tepat sebelum pesta olahraga Asian Games dimulai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com