Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sabar Banting Tulang di Lautan sejak Usia 13 Tahun, Jadi Nelayan Bukan Hal Mudah

Kompas.com - 04/01/2023, 06:07 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Profesi nelayan mungkin bukan menjadi impian bagi sebagian besar orang. Namun, hal ini tak berlaku bagi Sabar (38), yang telah mengabdikan dirinya untuk bekerja di laut lepas sejak usia 13 tahun.

Pria asal Medan, Sumatera Utara, ini meneruskan tradisi keluarganya untuk mencari nafkah di lautan. Desakan kebutuhan ekonomi, kata dia, juga menjadi motivasi untuk terus mencari pundi-pundi rupiah di tengah Laut Jawa bagian selatan.

"Dari muda sekali jadi nelayan, umur 13 tahun mau kelas 2 SMP. Pertama kali berlayar di Medan sama keluarga. Memang saya datang dari keluarga nelayan," ujar Sabar saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Nizam Zachman, Jakarta Utara, Selasa (3/1/2023).

Baca juga: Cuaca Buruk, Puluhan Kapal di Pelabuhan Nizam Zachman Jakut Tak Berlayar

Pria yang sehari-hari mencari ikan tongkol menggunakan kapal dengan gross tonnage (GT) 154 itu merasa gembira saat tangkapan laut melimpah. Sebaliknya, ketika cuaca buruk dan hasil tangkapan laut sedikit atau bahkan tak ada sama sekali, Sabar hanya bisa gigit jari.

"Kalau hasil dari tangkapan itu kan tergantung dari kondisi cuaca. Jadi kalau kondisi cuaca itu ya kalau lagi gelombang besar kemungkinan ada ikan, kemungkinan enggak," imbuh Sabar.

Penghasilan tak menentu

Sabar mengaku bahwa penghasilan sebagai nelayan tak menentu. Terkadang, dalam sebulan dia bisa mendapat bayaran Rp 6 juta yang dibayarkan setiap lima bulan sekali.

Gaji tersebut agaknya tak mencukupi kebutuhan Sabar untuk menyekolahkan anaknya yang duduk di kelas 4 sekolah dasar (SD).

Sabar bahkan kerap berutang untuk mengirimkan uang kepada anak dan istrinya di Magelang, Jawa Tengah.

Baca juga: Cuaca Buruk, Nelayan di Pelabuhan Nizam Zachman Tak Melaut sejak Pertengahan Desember

"Iya tentu berutang, anak butuh sekolah, butuh biaya. Jadi pas gajian hitung-hitungan gaji uangnya langsung hilang, megang sebentar doang," ucap Sabar diiringi tawa ringan.

Menjadi nelayan, lanjut dia, bukanlah hal yang mudah. Pada malam tahun baru 2023, misalnya, Sabar harus mengalah dengan ABK lain untuk menjaga kapal. Akhirnya, dia melewati pergantian tahun tanpa berkumpul bersama keluarganya.

"Waktu tahun baru saya enggak pulang, ada sih rasa sedih. Lebaran juga kadang enggak pulang. Waktunya kita di tengah laut ya gimana mau pulang," kata Sabar.

Meski demikian, Sabar menyampaikan akan terus berusaha mencari rezeki untuk keluarganya di kampung.

"Karena saya punya tanggung jawab sebagai kepala keluarga, itu sudah risiko. Jadi daripada kita mencuri, yang penting mencari yang halal," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com