JAKARTA, KOMPAS.com - Kader RW 002 Kelurahan Jatinegara, Ani menceritakan keseharian Eny Sukaesi (58), penghuni rumah mewah yang terbengkalai di Cakung, Jakarta Timur.
Ani mengatakan Eny biasa memakai baju kantoran saat keluar rumah.
"Dia selalu bawa tas. Bajunya selalu rapi kayak orang kantoran, dan pakai sepatu tinggi," kata Ani di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2023).
Menurutnya, pakaian ini tidak hanya digunakan saat Eny berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti nasi dan sayuran sebelum dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Duren Sawit.
Eny juga menggunakan setelah itu saat membeli obat nyamuk bakar dan mengambil air dari rumah tetangga.
Baca juga: Eny Penghuni Rumah Terbengkalai Pernah Kirim Surat ke Tetangga, Isinya Ibu Haji, Saya Butuh Beras...
Terkait kebiasaan ini, Ani mengatakan ada kemungkinan karena Eny masih terbawa situasi ketika masih bekerja.
"Kebawa waktu masih kerja. Tas tenteng dibawa-bawa, kadang isinya batu, kayu, botol. Kadang suka nyari kayu buat tungku, terus dimasukin ke dalam tas," tutur Ani.
Nama Eny Sukaesi (58) dan Pulung Mustika Abima (23) atau Tiko tengah menjadi perbincangan belakangan ini.
Mereka adalah penghuni rumah mewah yang terbengkalai di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Diketahui bahwa Tiko merawat sang ibu, yakni Eny, yang diduga mengalami depresi seorang diri selama 12 tahun.
Baca juga: Selama Tinggal di Rumah Mewah Terbengkalai, Eny dan Tiko Hanya Minta Tolong ke Tetangga Tertentu
Kehidupan Eny dan Tiko yang tinggal di rumah mewah tanpa listrik dan air selama puluhan tahun pun kini menjadi sorotan sejumlah pihak.
Eny sebenarnya masih bisa berinteraksi dengan warga setempat. Namun interaksi dilakukan seperlunya saja.
Selain itu, Eny pun dikatakan kerap berbicara dengan diri sendiri ketika berbelanja ke warung.
"Ngobrol biasa aja, seperlunya. Cenderung tertutup Bu Eny. Terkadang ngomong sendiri," ujar Ani.
Baca juga: Dituding Telantarkan Eny dan Tiko di Rumah Mewah Terbengkalai, Lurah: Mau Bantu, tapi Ditolak
Selain berbelanja kebutuhan sehari-hari, Ani mengatakan bahwa Eny dan Tiko masih menjual daun salam dan buah melinjo ke warung-warung setempat.
Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menambahkan, warga setempat juga tidak boleh memanggil Eny hanya dengan namanya.
Ia mengungkapkan, Eny harus dipanggil lengkap dengan gelarnya.
"Harus Ibu Dra. Eny. Harus disebut title-nya kalau manggil. Kalo enggak disebut, kurang berkenan. Tadinya kan dia orang berada," ujar Slamet.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.