Menurut Gia, mural informatif hanya sampai halte bus di dekat Halte Transjakarta Pasar Enjo saja.
"Gambar informatif cuma sampe halte itu aja. Selebihnya cuma tembok warna-warni saja. Bagusnya digambar di sepanjang tembok ini biar kesan belajar sambil jalan-jalan lebih kerasa," tutur dia.
Neni (32), warga Jakarta lainnya, mengungkapkan bahwa ia sering melewati area penuh mural di Stasiun Jatinegara.
Namun, ia sebelumnya tidak menyadari bahwa tembok tersebut dipenuhi mural informatif alih-alih hanya sekadar tembok warna-warni.
Baca juga: Mural, Kisah Penyampaian Pesan yang Tak Lekang
Menurut Neni, kehadiran mural yang dipenuhi informasi seputar Jakarta dan kebudayaan Betawi sangat bagus.
Selain memperkenalkan sejarah kepada warga yang melintas, tetapi juga membuat mereka semakin mengenal kota tempat tinggalnya.
"Karena saya baru sadar kalau sepanjang tembok ini ada banyak gambar soal kebudayaan Betawi dan Jakarta, saya enggak bisa banyak komentar," terang Neni.
"Tapi kalau kayak gitu (penuh informasi soal Jakarta dan budaya Betawi), informatif sih. Langkah yang tepat dari pemerintah setempat buat memperkenalkan ke anak-anak masa kini biar lebih kenal sama kotanya," sambung dia.
Ketika Kompas.com mengunjungi kawasan Stasiun Jatinegara, terlihat beberapa mural memiliki tampilan kotor, kusam, dihiasi beberapa coretan, bahkan catnya mengelupas.
Yusuf menyayangkan hal tersebut. Pasalnya, mural dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran tambahan bagi cucunya untuk mengenal kebudayaan Jakarta.
"Yang saya sayangkan cuma beberapa tembok yang catnya mengelupas," ungkapnya.
Adapun kondisi tersebut tampak di salah satu mural daftar makanan Betawi yang langka.
"Gambar gabus pucung yang saya ceritain itu, bagian bawahnya sudah mengelupas catnya. Kalau bisa ya dicat ulang," imbuh dia.
Baca juga: Mural Informatif di Area Stasiun Jatinegara Bikin Warga Mudah Belajar Sejarah
Yusuf menjelaskan, tampilan mural yang kotor sebenarnya bukan lah masalah berarti selama tidak menutupi informasi yang ditampilkan.
Sebab, menurut dia, tujuan dihadirkannya mural ini adalah untuk membagikan informasi seputar kebudayaan Jakarta kepada masyarakat.
"Kalau kotornya cuma di bawah tembok ya wajar karena dekat tanah. Ada coretan dikit enggak apa-apa lah selama bukan gambar atau kalimat kotor yang bisa dilihat anak-anak," tuturnya.
Meski demikian, Yusuf tetap berharap agar mural dibersihkan atau diperbarui. Ia tidak menampik bahwa anggaran yang dibutuhkan mungkin besar.
"Tapi pendapatan pemerintah setempat saya rasa masih cukup untuk sekadar pemugaran gambar di dinding. Niat awalnya kan supaya gambar informatif itu bisa mengedukasi orang-orang yang lewat jalanan ini," ujar Yusuf.
Neni mengatakan bahwa mural menjadi kotor dan kusam adalah hal wajar.
Letaknya yang berada di pinggir jalan membuat mural mudah terpapar debu dari kendaraan.
Perempuan yang sering melewati area bermural di Stasiun Jatinegara ini menambahkan, dinding informatif itu pun bisa kotor karena tangan orang-orang iseng.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.