Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mural di Tembok Stasiun Jatinegara, Kusam tetapi Dicintai karena Informatif

Kompas.com - 18/01/2023, 06:46 WIB
Nabilla Ramadhian,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinding area luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, dihiasi oleh mural informatif.

Mural itu terbentang sepanjang sekitar 1 kilometer menuju Halte Transjakarta Pasar Enjo dari pintu masuk stasiun.

Di sana, ada berbagai macam gambar yang dilengkapi dengan informasi tentang kebudayaan Betawi dan transportasi di Ibu Kota.

Seorang warga Jakarta bernama Yusuf (59) mengatakan, mural ini memudahkan cucunya yang berusia 8 tahun untuk belajar sejarah.

"Saya ajak (cucu) lihat-lihat mural biar dia belajar soal kota kelahirannya dan budaya yang ada. Informatif menurut saya karena bantu cucu belajar sejarah," tutur dia di kawasan Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).

Baca juga: Warga: Selain di Jatinegara, Stasiun Lain Perlu Dihias Mural Kebudayaan Jakarta

Yusuf yang kebetulan tinggal di dekat kawasan stasiun mengungkapkan, mural tersebut sudah ada cukup lama dibuat.

Ia sudah sering melihatnya setiap kali turun di Stasiun Jatinegara, atau saat mengajak cucunya jalan-jalan naik motor.

"Ada beberapa juga informasi yang saya baru tahu, kayak bemo singkatan dari becak motor. Dari dulu saya nyebutnya bemo saja," ujar dia.

Yusuf mengatakan, ada satu mural yang sering ia tunjukkan kepada cucunya itu setiap kali berkunjung, yakni soal makanan tradisional khas Betawi bernama gabus pucung.

Yusuf mengungkapkan, gabus pucung adalah makanan kesukaannya.

"Kalau lewat situ, saya suka sambil nunjuk biar cucu saya tahu makanan kesukaan kakeknya. Siapa tau pas (cucu) sudah gede, dimasakin gabus pucung," imbuhnya.

Senada dengan Yusuf, Gia (28) yang berdomisili di Jakarta juga mengatakan bahwa mural di kawasan stasiun sangat informatif.

Sebab, mural tidak sekadar menampilkan karya seni lukis, tetapi juga dilengkapi informasi seputar gambar tersebut.

"Jadi, yang lihat mural enggak cuma dimanjain matanya sama visual yang warna-warni, (tapi) sekalian belajar," kata Gia di lokasi.

Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).

Jadi spot foto

Gia menuturkan bahwa seluruh gambar yang terpampang bagus, salah satunya yang berada di kolong flyover Jatinegara.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, Senin, mural di kolong jembatan ini berukuran cukup besar dan memenuhi seluruh dinding.

Baca juga: Warga Sayangkan Mural Kebudayaan Jakarta di Stasiun Jatinegara Kini Kusam dan Mengelupas

Mereka menggambarkan dua karakter yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Masing-masing mengenakan pakaian adat khas Betawi.

Di tengah dua karakter ini adalah beberapa bangunan ternama yang tersebar di Kota Jakarta, salah satunya Tugu Monas.

"Gambarnya juga bagus-bagus bisa jadi objek foto. Apalagi yang di kolong flyover walau masih kurang bagus difoto karena kurang pencahayaan pas siang," jelas Gia.

Terkait gambar informatif tersebut, Gia mengungkapkan bahwa mural tidak menghiasi seluruh area tembok.

Ia sering mengunjungi Pasar Enjo untuk bertemu dengan kakaknya yang bekerja di wilayah tersebut.

Menurut Gia, mural informatif hanya sampai halte bus di dekat Halte Transjakarta Pasar Enjo saja.

"Gambar informatif cuma sampe halte itu aja. Selebihnya cuma tembok warna-warni saja. Bagusnya digambar di sepanjang tembok ini biar kesan belajar sambil jalan-jalan lebih kerasa," tutur dia.

 

Warga lebih mengenal Jakarta

Neni (32), warga Jakarta lainnya, mengungkapkan bahwa ia sering melewati area penuh mural di Stasiun Jatinegara.

Namun, ia sebelumnya tidak menyadari bahwa tembok tersebut dipenuhi mural informatif alih-alih hanya sekadar tembok warna-warni.

Baca juga: Mural, Kisah Penyampaian Pesan yang Tak Lekang

Menurut Neni, kehadiran mural yang dipenuhi informasi seputar Jakarta dan kebudayaan Betawi sangat bagus.

Selain memperkenalkan sejarah kepada warga yang melintas, tetapi juga membuat mereka semakin mengenal kota tempat tinggalnya.

"Karena saya baru sadar kalau sepanjang tembok ini ada banyak gambar soal kebudayaan Betawi dan Jakarta, saya enggak bisa banyak komentar," terang Neni.

"Tapi kalau kayak gitu (penuh informasi soal Jakarta dan budaya Betawi), informatif sih. Langkah yang tepat dari pemerintah setempat buat memperkenalkan ke anak-anak masa kini biar lebih kenal sama kotanya," sambung dia.

Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).

Warna-warni, tetapi kusam

Ketika Kompas.com mengunjungi kawasan Stasiun Jatinegara, terlihat beberapa mural memiliki tampilan kotor, kusam, dihiasi beberapa coretan, bahkan catnya mengelupas.

Yusuf menyayangkan hal tersebut. Pasalnya, mural dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran tambahan bagi cucunya untuk mengenal kebudayaan Jakarta.

"Yang saya sayangkan cuma beberapa tembok yang catnya mengelupas," ungkapnya.

Adapun kondisi tersebut tampak di salah satu mural daftar makanan Betawi yang langka.

"Gambar gabus pucung yang saya ceritain itu, bagian bawahnya sudah mengelupas catnya. Kalau bisa ya dicat ulang," imbuh dia.

Baca juga: Mural Informatif di Area Stasiun Jatinegara Bikin Warga Mudah Belajar Sejarah

Yusuf menjelaskan, tampilan mural yang kotor sebenarnya bukan lah masalah berarti selama tidak menutupi informasi yang ditampilkan.

Sebab, menurut dia, tujuan dihadirkannya mural ini adalah untuk membagikan informasi seputar kebudayaan Jakarta kepada masyarakat.

"Kalau kotornya cuma di bawah tembok ya wajar karena dekat tanah. Ada coretan dikit enggak apa-apa lah selama bukan gambar atau kalimat kotor yang bisa dilihat anak-anak," tuturnya.

Meski demikian, Yusuf tetap berharap agar mural dibersihkan atau diperbarui. Ia tidak menampik bahwa anggaran yang dibutuhkan mungkin besar.

"Tapi pendapatan pemerintah setempat saya rasa masih cukup untuk sekadar pemugaran gambar di dinding. Niat awalnya kan supaya gambar informatif itu bisa mengedukasi orang-orang yang lewat jalanan ini," ujar Yusuf.

Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Mural di area tembok luar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023).

Jadwal pembersihan rutin

Neni mengatakan bahwa mural menjadi kotor dan kusam adalah hal wajar.

Letaknya yang berada di pinggir jalan membuat mural mudah terpapar debu dari kendaraan.

Perempuan yang sering melewati area bermural di Stasiun Jatinegara ini menambahkan, dinding informatif itu pun bisa kotor karena tangan orang-orang iseng.

"Menurut saya alangkah baiknya pemerintah bikin jadwal rutin untuk pembersihan. Sayang aja tembok informatif begini dibiarin kotor, informasinya nanti ketutup dong," kata Neni.

"Bisa dibersihin dua minggu sekali, kayak digosok aja yang kotor atau dicat ulang biar warnanya enggak pudar," sambungnya.

Baca juga: Mural di Stasiun Jatinegara Kusam, PPSU: Pembersihan Tunggu Perintah Atasan

Gia pun mengatakan hal yang sama. Beberapa mural yang tampilannya kotor dirasa sangat mengganggu.

Ia mengungkapkan, ada beberapa mural yang dicoret-coret, dan memiliki cat yang terkelupas.

"Buat yang cat tembok putih, sudah kotor itu gambarnya. Kalau menurut saya saja nih, kayaknya harus rutin dibersihin kalau dicat ulang belum bisa," ujar Gia.

"Sayang banget sudah capek-capek nyari informasi, nge-gambar, tapi hasil akhirnya kotor. Informasinya jadi kurang enak dilihat," imbuh dia

 

Perlu dihadirkan di stasiun lain

Terkait kehadiran mural informatif di stasiun lain, Yusuf menyetujui hal tersebut.

Menurut Yusuf, informasi kebudayaan di Ibu Kota tidak perlu harus melalui program televisi maupun internet.

Sebab, penyebaran informasi melalui mural seperti yang terpampang di tembok area luar Stasiun Jatinegara pun bisa dilakukan.

Namun, ia mengimbau agar mural lebih rajin dibersihkan supaya tetap bersih bila dihadirkan di stasiun lainnya.

"Sesederhana gambar di tembok juga bisa jadi medium yang baik. Rajin dibersihin aja biar enggak kotor kayak yang di Stasiun Jatinegara," ujar Yusuf.

Neni menuturkan hal yang serupa. Menurut dia, warga Ibu Kota tidak hanya tinggal di sekitar Stasiun Jatinegara.

Demikian juga dengan stasiun kereta api di Jakarta, bukan hanya Stasiun Jatinegara saja.

"Mungkin enggak perlu ngecat tembok sepanjang ini karena enggak semua stasiun punya. Tapi bisa kasih satu tembok besar, atau sesuaikan aja sama tembok yang ada," jelas Neni.

Baca juga: Mural di Tembok Stasiun Jatinegara, PPSU: Supaya Kawasan Tidak Seram

Ia melanjutkan, alih-alih membiarkan dinding kosong dan tampilannya membosankan, sebaiknya mereka dibuat menarik dan informatif melalui mural seperti di Stasiun Jatinegara.

Untuk Gia sendiri, ia setuju bahwa mural perlu dihadirkan di stasiun lain, tetapi harus rutin dibersihkan.

"Buat apa bikin banyak mural di setiap stasiun kalau ujung-ujungnya kotor?" ucap dia.

Menurut Gia, mural yang bersih dapat membuat stasiun tampak lebih bagus.

Masyarakat yang melihatnya pun dapat menjadi penasaran akan informasi yang ditampilkan.

"Habis penasaran kan pasti foto, pulangnya bisa ke stasiun yang sekarang bangunannya pada bagus-bagus, terus naik kereta. Bisa narik minat masyarakat naik kereta," pungkas Gia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com