Ia menilai, praktik dukun oleh pelaku pun dinilai sudah seharusnya tersebar luas di wilayah desa tempat tinggal pelaku. Aparat desa seharusnya sudah mengetahui hal itu.
"Artinya, mungkin saja praktik itu sudah dianggap lazim lalu dibiarkan tanpa memberi respons serius,” kata Abe.
Situasi itu menunjukkan kalau urusan hidup bersama di wilayah tempat bermukim pelaku dan korban perlu kembali diperkuat agar terkoneksi.
Abe menilai, kepekaan-kepekaan sosial telah memudar karena setiap individu kerap berjuang dan survive demi diri sendiri dan keluarga.
”Saking sulitnya untuk bertahan hidup, jangankan memperhatikan orang lain, mengurus keluarga sendiri saja kerap sulit. Jaringan pengaman sosial, keamanan, kenyamanan, barangkali sudah goyah,” ujarnya.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Hariyadi menuturkan, berdasarkan pengakuan tersangka, masih ada satu korban lagi yang dikubur di Cianjur yang hingga kini masih dicari polisi.
Satu korban terakhir berada di Garut, Jawa Barat, yang dikuburkan secara layak setelah ditemukan warga mati di laut.
Hengki mengatakan, sebagian besar korban merupakan orang dekat bahkan keluarga dari tersangka, ada mertua, anak, dan istri. Lalu, ada dua korban TKW yang kirim uang ke tersangka
"Ini terus kami adakan penyelidikan berkesinambungan. Tim masih di Cianjur untuk melihat apa motif sebenarnya. Mengapa harus ada anak dua tahun dibunuh, ada yang umur lima tahun diracun?” ujar Hengki.
Adapun serangkaian pembunuhan di Cianjur, Jawa Barat, dilatarbelakangi untuk menguras harta korbannya.
Para tersangka mengaku bisa membuat orang lain kaya dengan janji-janji yang dikemas bumbu supranatural. "Awalnya penipuan, janji dan motivasi kesuksesan hidup. Setelah korban serahkan harta, lalu 'dihilangkan'," ucap Fadil.
Baca juga: Gagal Buktikan Bisa Perkaya Orang, Wowon-Duloh Jadi Pembunuh Berantai
Baik Wowon maupun Solihin menarasikan diri mereka mampu meningkatkan kekayaan. Wowon mencari korban yang dapat dimanipulasi untuk menyerahkan harta mereka dengan janji untuk dilipatgandakan.
"Ketika korban menagih janji, Wowon melapor pada Solihin, lalu kemudian para korban dieksekusi dengan meminumkan racun," sambungnya.
Adapun motif pembunuhan di Bantargebang, para tersangka membunuh keluarganya sendiri karena dianggap berbahaya dan takut tindak pidananya terkuak.
"Keluarga dekat dianggap berbahaya karena mereka tahu pelaku ini membunuh korban-korbannya yang lain," jelas Fadil.
Polisi sampai saat ini masih mencari tahu apakah ada korban lain selain sembilan orang yang telah diungkap.
"Yang jelas kami berpesan buat para pelaku, tidak akan pernah ada kejahatan yang sempurna," lanjut Hengki.
(Kompas.com: Joy Andre, Tria Sutrisna | Kompas.id: Stefanus Ato)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.