TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Gumar (40) sehari-hari bekerja sebagai penjual minuman tuak di sekitaran Bundaran Taman Tekno, Serpong, Tangerang Selatan.
Ia melanjutkan usaha berjualan yang diwariskan oleh ayahnya itu, sejak dua tahun lalu.
Sebelumnya, kata Gumar, ayahnya sudah terlebih dahulu berjualan minuman tuak sekitar lima tahun.
"Bapak mah ada lima tahun (jualan), cuma dia meninggal, makanya saya yang lanjutin," ujar Gumar saat ditemui di sekitar Bundaran Taman Tekno, Jumat (27/1/2023).
Baca juga: Kisah Penjual Minuman Tuak di Tangsel, Bertahan Hidup dengan Penghasilan Rp 30.000 Per Hari
Gumar mengaku sempat membantu sang ayah untuk berjualan, dengan membawakan bilih bambu dagangannya.
Akan tetapi, baru dua bulan Gumar bersama sang ayah tinggal di kontrakan di daerah Kademangan Setu, atau tepatnya di belakang Perumahan Batan, ayahnya kemudian meninggal dunia.
"Pas baru ngikut Bapak dua bulan, Bapak meninggal, makanya nerusin usahanya," jelas Gumar.
Warga asli Rangkasbitung itu bersama ayahnya merantau ke wilayah Tangerang Selatan, dengan harapan bisa mengenyam hidup yang lebih baik di banding kampung halamannya.
Gumar menjelaskan, bilih bambu yang dipakai untuk mengangkut minuman tuak itu merupakan peralatan yang sama yang digunakan ayahnya saat berjualan dulu.
Tak ada yang berbeda dari rasa dan kualitas minuman yang ia jual dengan yang dijual ayahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.