Sering kali warga terpaksa mengantre untuk mendapatkan giliran menyalur air dari selang, dengan tetangga agar bisa mengisi drum-drum air.
"Saya aja biasanya dapet dua hari sekali. Satu drum itu seharga Rp 20.000. Karena gantian sama tetangga, jadi harus nunggu giliran dapat air," imbuh Fauzi.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Kampung Apung Muara Baru, Warga: Bisa 3 Hari Enggak Mandi
Pantauan di lokasi, tampak drum plastik dan jeriken biru berjejer di depan rumah warga. Warga sengaja menaruhnya agar lebih mudah saat menyalurkan air dari mobil tangki.
Warga juga harus mengirit air untuk keperluan sehari-hari.
Krisis air ini turut dirasakan salah satu warga bernama Elik (27). Dia mengatakan, untuk mendapat air bersih warga harus merogoh kocek antara Rp 3.000 hingga Rp 20.000.
"Susahnya air bersih, soalnya kan air di sini aja masih jarang ini kan beli. Enggak ada air yang mengalir, kami beli pakai jeriken sama drum," ungkap Elik.
Elik biasa membeli air seharga Rp 20.000 untuk mengisi drum plastik miliknya yang ditaruh di depan rumah. Air itu bisa digunakan hingga tiga hari.
"Itu kan ngirit banget sampai saya bisa enggak mandi tiga hari," tutur Elik diiringi tawa ringan.
Tak hanya Elik, warga lain bernama Fadilah (60) juga merasakan hal yang sama. Fadilah berujar, air harus digunakan untuk hal-hal esensial saja.
"Karena krisis air jadi jarang mandi, enggak pernah mandi tiap hari apalagi pagi-sore. Tiga hari sekali saya baru mandi," tutur Fadilah.
Adapun air yang dialiri ke rumah warga Kampung Pojok dialiri menggunakan selang. Warga akan menampung air di jeriken maupun drum plastik yang dijejerkan di pinggir maupun depan rumah semipermanen milik mereka.
"Setiap hari ada air, cuma kadang antre, enggak setiap hari bisa dua hari baru diisi soalnya kan di sini banyak warga isi air semua," ucap Elik.
Sulitnya mencari nafkah
Cuaca ekstrem membuat para nelayan di kampung apung Muara Baru tak bisa melaut. Padahal, sebagian besar warga yang menghuni Kampung Pojok itu berprofesi sebagai nelayan di Teluk Jakarta.
Alhasil, sebagian besar warga pun tidak mendapatkan penghasilan selama cuaca ekstrem, yang diperkirakan masih akan berlangsung dalam sebulan ke depan.