TANGERANG, KOMPAS.com- Sejak lima bulan disuruh pindah dari kawasan wisata Kota Tua Jakarta, para pedagang kaki lima (PKL) mengalami penurunan omzet.
Dewi (48), salah satu pedagangan minuman menceritakan dulu dia berjualan bersama PKL lain di belakang Kantor Pos Indonesia, Dasaad Musin Building, hingga Halte Jakarta Kota.
Dewi mengatakan wilayah tersebut begitu strategis. Area depan Kantor Pos Indonesia berhadapan dengan ikon terkenal kawasan Kota Tua Jakarta yakni Museum Fatahillah.
Sementara, area belakang gedung Kantor Pos Indonesia sampai halte transjakarta, berada di pinggir jalan raya.
Namun, area tersebut dijadikan kawasan steril PKL. Dia dan teman-teman PKL lainnya pun berusaha mencari celah agar bisa tetap berjualan di sekitar sana.
Baca juga: Petugas Satpol PP Terus Berjaga, Kawasan Kota Tua Jakarta Steril dari PKL
Alhasil, mereka memilih mendirikan lapak-lapak jualan mereka di Jalan Cengkeh. Jalan ini tepat berada di seberang jalanan area belakang gedung Kantor Pos Indonesia tadi.
“Mending di sana sih, ramai, kalau di sini sepi, paling ramai Sabtu-Minggu doang, sama liburan,” ujar Dewi, Minggu (29/1/2023).
Dewi pun membandingkan penghasilan yang ia dapat sehari-hari saat berjualan di Jalan Cengkeh dengan di area sebelumnya.
Menurut dia, dahulu cukup mudah untuk mendapatkan uang Rp 100.000 bahkan pada hari kerja Senin-Jumat.
Pada hari libur atau akhir pekan, omzet penjualan beragam jenis es yang dijajakannya bisa mencapai omset Rp 300.000 bahkan Rp 1.000.000 jika pengunjung Kota Tua Jakarta sedang ramai-ramainya.
Baca juga: Satpol PP Jakbar Klaim Kawasan Kota Tua Steril dari PKL Sejak Dua Pekan Lalu
"Sekarang boro-boro, pernah sehari cuma dapat enggak sampai Rp 100.000, kalau di sana (area belakang Gedung Kantor Pos Indonesia Kota Tua Jakarta), istilahnya itu dapat cepek (Rp 100.000) gampang gitu,” jelasnya.
Tidak hanya Dewi, penurunan omzet setelah pindah tempat berjualan ini juga dirasakan oleh Syarif (37) pedagang telur gulung.
Syarif bercerita, dirinya sendiri sebenarnya dahulu lebih sering jualan nasi goreng dan baru mau berjualan telur gulung setahun terakhir.
Namun, ia sudah bisa membandingkan bagaimana perbandingan pendapatan saat berjualan di area dekat jalan masuk maupun keluar halaman utama Kota Tua Jakarta dengan Jalan Cengkeh tersebut.
“Iya memang beda sih, Tapi di sini juga kalau semuanya (semua PKL) berjualan di situ semua ya ramai, soalnya mau tak mau pengunjungnya kemari (Jalan Cengkeh),” kata dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.