Monica dan Dersya menyetujui stereotip itu.
Menurut Dersya, penampilan memang penting bagi seorang usher karena mereka adalah representasi dari merek produk yang dibawanya.
“Penting banget. Brand yang hire kami akan pilih (wanita) yang merepresentasikan mereka bawa. Selain rapi, kami juga harus terlihat menarik. Jadi kami meng-attract pengunjung untuk tampil,” katanya.
Baca juga: 10 Profesi Paling Bisa Dipercaya di Dunia, Apa Saja?
Monica sendiri langsung mengiyakan bahwa fisik, penampilan, dan tinggi badan sebagai aspek penting yang dibutuhkan oleh seorang usher.
“Kalai di sini (pekerjaan usher), fisik, penampilan, tinggi, memang dibutuhkan. Sebelum kita mengajukan pekerjaan itu, memang dikasih kriteria, kayak cantik, putih, tinggi. Bahkan mungkin kalau bisa bahasa Inggris atau Mandarin, itu jadi nilai plus,” paparnya.
Untuk bisa menembus ke pekerjaan usher, Dersya menjelaskan bahwa seseorang harus melewati dua tahapan, yakni seleksi melalui foto dan wawancara oleh pengguna jasa (user).
“Biasanya tuh kami dari awal melalui dua tahap interview, ya. Pertama itu interview by photo, lalu kami interview datang (offline). Kayak interview user ditanya pengalaman, diukur tinggi badan, berat badan,” katanya.
Menurut Desya, dari awal pertama mendaftar hingga bisa mendapatkan klien secara konsisten, bisa jadi sulit. Hal ini disebabkan karena orang yang menggeluti usher sudah cukup banyak, sehingga persaingannya ketat.
Namun, apabila sudah berhasil menembus pameran yang lebih bergengsi, pengalaman tersebut akan menjadi tiket menuju pameran besar-besar lainnya.
“Usher tuh kayak pekerjaan yang mudah dan dapet gajinya lumayan. Apalagi pameran jangka panjang. Cuma, kalau biasa kami sudah pernah ada pengalaman usher jaga pameran besar, biasanya brand lain kalau sudah ada experience gampang saja masuknya. Soalnya kualifikasi tiap brand itu beda-beda,” ujar Desya.
“Misalnya, brand ini harus tingginya segini, brand ini tingginya segitu. Jadi tergantung kebutuhan dari brand tersebut. Kadang ada kualifikasi wajahnya oriental, kadang maunya lokal, gitu,” tambahnya.
Syifa (22) adalah penata rias MUA untuk salah satu perusahaan otomotif di IIMS 2023. Sebelum para usher datang, dia sudah harus datang lebih awal guna mempersiapkan peralatan riasnya.
“Event ini dimulai dari pagi, dari subuh kami sudah siap-siap. Minimal jam enam udah mulai makeup,” katanya.
Terkait stereotip usher yang harus cantik dengan tubuh ideal, Syifa mengiyakan hal tersebut. Namun, di saat bersamaan, kemampuan komunikasi juga penting untuk dimiliki.
“Poin pertama untuk usher sendiri memang good looking, ya. Selain fisiknya yang ideal dan prima, dia juga harus punya kemampuan komunikasi yang baik. Karena ya itu tadi, dia jadi garda terdepan suatu brand,” tambahnya.
Menurut Syifa, fakta ini menjadi tantangan bagi seorang MUA dalam merias seorang usher.
“Dia akan dilihat orang pertama kali ketika melihat booth pameran. Hal tersebut jadi satu poin penting banget buat seorang MUA. misalnya buat seorang usher, biar usher itu bisa stand out (menonjol) di antara keramaian” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.