JAKARTA, KOMPAS.com - Satu dari tiga balita yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) imbas kebakaran Depo Pertamina Plumpang menghembuskan napas terakhirnya.
Balita yang diketahui berinisial MI (4) itu dilaporkan meninggal dunia pada Selasa (7/3/2023).
Hal itu diungkapkan langsung oleh paman korban, Deni, saat dikonfirmasi via sambungan telepon.
"Betul. Kalau yang kemarin-kemarin sih sempat hoaks, tapi ini kenyataannya sudah betul. Kemarin MI baru dikuburkan," ujar Deni, Rabu (8/3/2023).
Dengan meninggalnya balita itu, maka korban tewas akibat kebakaran Depo Pertamina Plupang bertambah dari semula 19 menjadi 20 orang.
Deni menyatakan, nyawa MI tidak tertolong karena sang keponakan dalam keadaan kritis.
MI diketahui menderita luka bakar dengan persentase yang cukup tinggi, yakni 70 persen.
"Kabar duka meninggalnya MI diberitahu langsung oleh pihak RSPP. Mereka memberitahu kami sekira pukul 11.00 WIB waktu itu," kata Deni.
Pihak keluarga lantas menjemput jenazah MI di RSPP. Beberapa jam setelahnya, MI langsung disemayamkan di TPU Kunir, Koja, Jakarta Utara.
Sebagai informasi, RSPP merawat tiga pasien balita, tiga pasien remaja, dan 18 orang dewasa akibat kebakaran hebat di Depo Pertamina Plumpang, Jumat (3/3/2023) lalu.
Direktur RSPP dr. Theryoto mengatakan bahwa seluruh korban luka yang dirawat menderita luka bakar dengan persentase tinggi.
Mayoritas dari mereka mengalami luka bakar serius yang persentasenya mencapai 95 persen.
"Saat ini kami merawat 24 korban yang masuk ke dalam kategori luka berat. Luka bakarnya jelas di atas 50 persen semua. Mungkin sekitar 50-95 persen," ujar Theryoto, Senin.
Baca juga: Kronologi Ria Putri Kehilangan Suami, Ibu, dan Anak Sekaligus pada Malam Mengerikan di Plumpang
Oleh karena itu, pihak RSPP setidaknya melakukan tiga upaya demi memberikan penyembuhan kepada para korban.
Tim dokter terus merawat tiap luka bakar agar tak timbul infeksi. Kemudian ada pula tindakan operasi untuk mengangkat jaringan mati agar tak membahayakan korban.
"Pertama, kami pasti merawat lukanya agar tidak terinfeksi. Kedua, kalo misalnya ada jaringan-jangan yang mati segera kami lakukan tindakan operasi untuk membersihkan semua jaringan tersebut," kata Theryoto.
"Ketiga, jelas kami akan memperhatikan indeks pasiennya. Entah itu makanannya, hingga cairan tubuh yang masuk dan keluar. Jadi semua dalam pantauan dokter. Seandainya ada masalah atau keluhan pasti akan segera diketahui," imbuh dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.