JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra, mengatakan perbuatan Mario Dandy Satrio (20) terhadap D (17) merupakan penganiayaan luar biasa.
Kirdi meyakini kejadian penganiayaan tersebut Mario bukan karena khilaf. Raut wajah penyesalan itu pun juga tak terlihat ketika Mario menjalani rekonstruksi kasus tersebut.
Menurut Kirdi, perbedaan penganiayaan berat itu sebetulnya bisa dilihat secara sederhana. Namun, sikap Mario saat menyerang D tampak tidak didasari spontanitas.
"Yang mana orang sudah jatuh di bawah, (biasanya) orang yang sudah emosional dia akan tarik napas kemudian tersedak dan akan menyadari apa yang sudah saya lakukan," kata Kirdi, dilansir dari TribunJakarta.com, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Kasus Penganiayaan D Terang Benderang: Mario Pelaku Utama, Shane Lukas dan AG Suporternya
Namun, tidak demikian dengan Mario Dandy. Selesai menganiaya D secara sadis, Mario malah menunjukkan kesombongannya dengan melakukan selebrasi.
Bahkan saat melakukan selebrasi dalam rekonstruksi yang digelar Jumat (10/3/2023), Kirdi Putra membaca bahwa masih terlihat adanya arogansi pada diri Mario Dandy.
"Sementara arogansi melakukan selebrasi itu yang terjadi dan dilakukan juga dalam rekonstruksi itu," kata Kirdi.
Kirdi menyebutkan, Mario tak menunjukkan rasa sesal seperti yang tampak dari temannya, Shane Lukas Rotua (19), saat rekonstruksi digelar di Kompleks Green Permata, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Baca juga: Tak Ada di TKP, APA Mantan Pacar Mario Keberatan Dikaitkan dengan Penganiayaan D
Dalam rekonstruksi, Kirdi mengatakan Mario terlihat menunduk tak sedalam Shane Lukas.
"Itu artinya apa yang dirasakannya itu, dia hanya menghindari paparan visual yang berhubungan dengan dirinya bukan karena penyesalan," kata Kirdi.
Hal itu terlihat ketika Kirdi mengamati posisi Mario Dandy yang sedang duduk di tepi selokan. Terlihat Mario Dandy tampak duduk meringkuk.
Ketika seseorang merasa dirinya terancam, kata Kirdi, dia akan melakukan fetal position atau meringkuk seperti orang tidur untuk melindungi dirinya.
"Jadi yg ditampilkan oleh Mario ini, itu adalah posisi di mana dia concern-nya pada dirinya bukan apa yang sudah dia lakukan," tutur Kirdi.
Menurut Kirdi, walaupun ada rasa penyesalan dengan apa yang sudah Mario lakukan, tanda itu sedikit sekali ditunjukkannya. Mario, lanjut Kirdi, ialah sosok yang sangat egosentris.
Mario hanya takut pada pasal yang dijeratkan kepada dia dan konsekuensi yang akan dia hadapi. Menurut Kirdi, Mario sudah mulai menyadari bahwa dia tidak punya sebuah perlindungan seperti sebelumnya.