JAKARTA, KOMPAS.com - Saksi meringankan dalam sidang terdakwa kasus peredaran sabu Irjen Teddy Minahasa, Jontra Manvi Bakhra, menyebut tak ada kejanggalan saat acara pemusnahan barang bukti sabu di Mapolres Bukittinggi pada 15 Juni 2022 lalu.
Dalam acara itu, Teddy didakwa menilap barang bukti sabu dan menukarnya dengan tawas melalui eks Kapolres Bukittinggi AKBP Dody Prawiranegara.
Hakim Ketua Jon Sarman Saragih awalnya bertanya kepada Jontra soal situasi saat acara pemusnahan.
"Tadi intinya disampaikan oleh penasihat hukum yang menghadirkan saudara di persidangan, menyangkut pemusnahan barang bukti. Barang bukti apa yang diketahui saksi?" tanya Jon dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Kasus Tukar Sabu Jadi Tawas, Teddy Minahasa Sempat Datangi Ruang AKBP Dody
"Setahu saya pemusnahan barang bukti narkoba sabu-sabu, Yang Mulia," jawab Jontra.
Jontra sendiri merupakan wartawan yang meliput agenda tersebut. Dia berkata, sabu yang disita dan ditampilkan dalam konferensi pers pada 21 Mei 2022 seberat 41,4 kilogram.
Sepengetahuannya, barang haram itu didapatkan dari penangkapan beberapa bandar narkoba di wilayah Bukittinggi. Jontra mengaku tidak mengetahui di mana sabu itu diletakkan sebelumnya. Dia juga tidak tahu sabu itu disiapkan oleh siapa.
Menurut kesaksian Jontra, tidak ada gelagat mencurigakan dari Teddy dan Dody.
"Tidak ada yang janggal dari awal prosesnya," ucap Jontra.
Bungkusan sabu yang sudah disiapkan di meja, dibuka satu per satu oleh para pejabat yang hadir.
Lalu, saat acara pemusnahan barang bukti sabu tersebut dimasukkan ke tong berisi air.
Baca juga: Wartawan hingga Ahli Hukum Pidana Jadi Saksi Sidang Irjen Teddy Minahasa
"Kemudian secara bergantian pejabat publik memasukkan barang bukti sabu-sabu itu diaduk, kemudian dikuburkan dalam satu lubang Yang Mulia," kata Jontra.
Menurut jaksa dalam dakwaannya, Teddy terbukti bekerja sama dengan AKBP Dody Prawiranegara, Syamsul Maarif, dan Linda Pujiastuti (Anita) untuk menawarkan, membeli, menjual, dan menjadi perantara penyebaran narkotika.
Narkotika yang dijual itu merupakan hasil penyelundupan barang sitaan seberat lebih dari 5 kilogram.
Dalam persidangan terungkap bahwa Teddy meminta AKBP Dody mengambil sabu itu lalu menggantinya dengan tawas.