JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menerima pengajuan perlindungan dua saksi mata kasus penganiayaan D (17) oleh Mario Dandy Satrio (20) dan kawan-kawan.
Ketua LPSK Hasto Atmojo menjelaskan bahwa dua saksi tersebut adalah R dan N, pemilik rumah yang sedang dikunjungi D pada saat kejadian.
Keduanya sempat melihat dan menghentikan aksi Mario menganiaya D di dekat rumah mereka.
"Dalam perkara penganiayaan D, LPSK menerima permohonan perlindungan untuk dua orang saksi, yaitu R dan N," ujar Hasto dalam keterangannya, Selasa (14/3/2023).
Baca juga: LPSK Tolak Lindungi AG, Pacar Mario Dandy dalam Kasus Penganiayaan D
Menurut Hasto, keputusan melindungi R dan N berdasarkan hasil sidang Mahkamah Pimpinan LPSK yang digelar setelah menelaah berkas administrasi pengajuan.
Dari situ, kata Hasto, para pimpinan LPSK menyepakati bahwa R dan N memenuhi syarat untuk mendapatkan perlindungan dalam bentuk pemenuhan hak prosedural.
"Perlindungan yang diberikan kepada R, berupa pemenuhan hak prosedural. Sedangkan terhadap pemohon N, jenis perlindungan yang diputuskan adalah pemenuhan hak prosedural dan rehabilitasi psikologis," kata Hasto.
Baca juga: Saat Rafael Alun Trisambodo Rajin Cek “Deposit Box” tapi Tak Pernah Jenguk Mario Dandy ke Penjara
Untuk diketahui, Mario, anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI, Rafael Alun Trisambodo, menganiaya korban D pada 20 Februari 2023 di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Mario marah karena mendengar kabar dari saksi berinisial APA yang menyebut AG (15) kekasihnya mendapat perlakuan tidak baik dari korban.
Mario lalu menceritakan hal itu kepada temannya, Shane Lukas (19).
Kemudian, Shane memprovokasi Mario sehingga Mario menganiaya korban sampai koma.
Shane juga merekam penganiayaan yang dilakukan Mario. AG juga ada di lokasi kejadian saat penganiayaan terjadi.
Baca juga: Mario Dandy Satrio Tak Pernah Dijenguk Keluarga Sejak Ditahan
Kini, Shane dan Mario sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di ruang tahanan Mapolda Metro Jaya.
Sementara AG yang dilabeli sebagai pelaku atau anak berkonflik dengan hukum karena masih berstatus di bawah umur, ditahan di Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.
Ketiganya diduga kuat telah melakukan tindak pidana penganiayaan berat yang direncanakan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.