JAKARTA, KOMPAS.com - Persaudaraan Warga Kampung Bayam (PKWB) kembali berunjuk rasa yang ditujukan kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi pada Kamis (16/3/2023).
Demonstrasi dilakukan lantaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak kunjung memenuhi hak 75 warga Kampung Bayam korban penggusuran yang tergabung dalam PKWB.
Mereka protes lantaran tak juga menghuni Kampung Susun Bayam sebagaimana yang dijanjikan.
Baca juga: Polemik Warga Duduki Kampung Susun Bayam dan Jakpro yang Terus Berdalih...
Salah satunya ibu rumah tangga bernama Damai (42). Dia merasa capek menunggu Pemprov DKI yang menjanjikan rusun untuk dihuni.
“Sudah empat kali unjuk rasa. Ya, capek. Sudah lelah. Cuma janji melulu. Jakpro ngomong katanya Maret sudah bisa (ditempati rusunnya), tapi sampai sekarang belum ada respons apa-apa,” kata dia saat ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat.
Damai, sambil mengurus anaknya yang masih balita, duduk mengemper di trotoar yang beralaskan karpet. Dia hanya mengawasi warga lain yang sedang berunjuk rasa bersama sang anak.
Sejak penggusuran November 2022, Damai tinggal bersama keluarganya mengontrak di dekat Terminal Senen, Jakarta Pusat.
Dia mengatakan warga hanya tinggal menerima kunci untuk bisa menempati Kampung Susun Bayam.
Baca juga: Saat Jakpro Terus Berdalih soal Kampung Susun Bayam Tak Kunjung Dihuni...
“Tinggal nunggu kuncinya doang. Kan sudah dibagi huniannya. SK-nya sudah keluar. Tinggal kuncinya doang,” tegas dia.
Damai berharap warga Kampung Bayam bisa secepatnya menghuni rumah susun tersebut.
Sementara itu, Tommy (38) yang berprofesi sebagai pengendara ojek online (ojol) juga berharap warga bisa kembali secepatnya.
“Harapan saya semua warga Kampung Susun Bayam khususnya PWKB bisa segera menempati kembali, supaya bisa kembali berkumpul dengan tetangga-tetangga yang lama,” ujar dia.
Saat ini, Tommy tinggal di Plumpang, Jakarta Utara. Dirinya bersyukur tidak turut menjadi korban dari kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada 3 Maret 2023.
“Saya ngontrak di kawasan dekat Plumpang yang enggak kebakaran itu. Cuma, enggak kena saya,” tutur dia.
Baca juga: Tak Bisa Dihuni, Kampung Susun Bayam Diduduki Warga sejak 11 Maret
Selain mengontrak, ada sebanyak lima keluarga yang terdiri dari sekitar 20 jiwa terpaksa menggelar tenda di depan kawasan Kampung Susun Bayam yang dirantai.
Lantaran tidak memiliki biaya untuk sewa ataupun kontrak, mereka pun beraktivitas di tenda dengan bantuan listrik dari aki dan air di kali.
Salah satu dari warga tersebut bernama Agus Riyanto (42).
“Ya, saya kecewa karena kerap enggak ada tanggapan. Kami jauh-jauh beberapa kali ke sini enggak ada tanggapannya. Ketemu aja sama sekali belum, kesannya dibohongi karena mau ketemuan akhirnya enggak jadi,” ujar dia.
Sementara itu, pihak Jakpro maupun Pemprov DKI juga disebut tidak ada yang menengok para warga sama sekali.
Baca juga: Jakpro Sayangkan Aksi Warga Duduki Kampung Susun Bayam secara Paksa
“Wah, enggak ada (yang menjenguk)!” kata Agus.
“Sudah pada budeg, semua pada tuli. Boro-boro ada yang nengok. Listrik aja dicabut,” celetuk dia.
Selaras dengan dua warga lainnya, Agus turut berharap bisa segera menempati Kampung Susun Bayam.
“Mereka bilangnya tanggal 1 Maret sudah bisa menempati rusun, tapi sampai sekarang belum juga,” ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.