JAKARTA, KOMPAS.com - Anto (30), seorang warga Depok, Jawa Barat, mengungkapkan penghasilan kotor untuk pekerjaannya sebagai orang berkostum boneka.
Dia menyadari bahwa penghasilannya setiap hari sangat tidak menentu karena hanya mengandalkan iba dari pengendara atau pejalan kaki yang tengah melintas.
“Ya paling Rp 100.000. Itu kalau lagi untung-untungnya,” ungkap Anto saat ditemui Kompas.com di pinggir Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (17/3/2023).
Ketika dewi keberuntungan sedang tidak memihaknya, Anto akan pulang ke rumah kontrakannya di Depok dengan tangan hampa.
Baca juga: Curhat Orang Berkostum Boneka Cari Nafkah di Pinggir Jalan: Malu Juga sih, tapi Mau Bagaimana?
“Jika hujan, ya enggak pegang duit pulangnya,” tutur Anto.
Namun, saat ditanya apakah penghasilan kotornya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, mata Anto langsung berkaca-kaca.
Ketika menjawab, Anto sempat berhenti sejenak dan mengambil napas dalam-dalam.
“Ya kalau begini, ya dicukup-cukupi. Mau bagaimana lagi… Ya begitulah. Yang penting anak masih bisa makan, saya sudah bahagia, bisa makan. Ya kalau minta jajan, (bisa) kasih uang jajan,” ujar Anto.
Saat berbicara dengan Kompas.com pada pukul 16.47 WIB, Anto memperlihatkan uang yang didapatkan pada hari itu. Di dalam bungkus plastik, terhitung uang receh senilai Rp 15.500.
Uang tersebut sudah dipotong biaya makan Anto dengan anaknya senilai Rp 15.000.
Pria asal Sumatera Utara itu menjelaskan, ia bersama sang buah hati bertolak menggunakan angkutan kota alias angkot atau kereta rel listrik (KRL) Commuter Line jurusan Pasar Minggu pada pukul 11.00 WIB.
Setibanya di Pasar Minggu, Anto langsung melangkahkan kaki untuk berjalan menyusuri jalan-jalan yang ada di Jakarta Selatan sambil menggandeng anak dan menggunakan kostum bonekanya.
“Enggak (mendatangi orang lalu joget-joget). Ya nongkrong saja di pinggir jalan. Nanti kalau sudah enggak capek, jalan lagi,” ucap Anto.
Rute yang dilaluinya tidak sama. Anto dan anak hanya berjalan sesuka hati tanpa arah tertentu.
Berjalan tanpa arah Anto lakoni hingga waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Setelahnya, ia pulang ke rumah kontrakannya, menemui istri dan dua anaknya yang lain untuk memberikan rezekinya pada hari itu.
“Daripada di rumah. Mau ngapain lagi? Enggak ada pemasukan kalau di rumah. Karena kan kami juga sudah berkeluarga. Makanya terpaksa kayak begini,” keluh Anto.
Kemudian Anto merinci mengenai pengeluaran sehari-hari.
“Kalau naik kereta, sekali isi saldo Rp 20.000, itu untuk 3 sampai 4 hari. Kalau angkot, Rp 10.000 berdua untuk pergi dan pulang,” tuturnya.
Mengenai jarak tempuh yang dilalui setiap hari bersama anak, Anto memperkirakan bisa mencapai 20 kilometer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.