Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak di Bawah Umur Jatuh Dalam Pusaran Prostitusi, Mencoba Keluar tapi Ditahan

Kompas.com - 20/03/2023, 05:55 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini Polsek Tambora menggerebek sebuah tempat penampungan pekerja seks komersial (PSK) di Tambora, Jakarta Barat.

Para PSK tersebut dipekerjakan di rumah bordil berkedok kafe di Gang Royal, Penjaringan, Jakarta Utara, oleh muncikari berinisial IC alias Mami (35) dan suaminya Hendri Setiawan.

IC bersama tiga bodyguard sewaannya, HA (25), SR (35), dan MR (25), telah ditangkap polisi. Sementara itu, Hendri saat ini masih dalam pengejaran.

Dalam penggerebekan itu, 39 PSK diamankan polisi. Lima di antaranya masih di bawah umur.

Menurut Kapolsek Tambora Kompol Putra Pratama, PSK yang masih di bawah umur ini masuk ke dalam pusaran bisnis prostitusi karena dijebak para pelaku.

Baca juga: Fakta Penggerebekan Mes PSK Gang Royal: Pekerja Seks Serasa Dipenjara, Ada yang Masih di Bawah Umur

Mereka awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga.

"Namun sesampainya di lokasi (Jakarta Barat), mereka malah dijadikan PSK oleh para pelaku," ujar Kompol Putra, Sabtu (18/3/2023).

Liputan investigasi Harian Kompas menunjukkan bahwa tindakan perdagangan anak marak terjadi di Ibu Kota.

Anak-anak tersebut terperangkap jaringan perdagangan manusia karena berbagai tipu daya pelaku.

Sejumlah korban dijual lewat skema prostitusi daring. Ada juga yang dijajakan di tempat layanan spa “plus” ataupun rumah bordil berkedok kafe seperti di Gang Royal.

Baca juga: Mes 39 PSK Gang Royal Digerebek di Tambora, Muncikari hingga Bodyguard Juga Ditangkap

Pengakuan korban

Salah satu korban perdagangan anak berinisial UNA (16) mengaku terjebak di bisnis haram itu dan kini tak bisa keluar.

UNA tadinya melamar bekerja di sebuah spa “plus” di Ibu Kota untuk melunasi utang mendiang ibunya yang digunakan untuk biaya pengobatan.

Awalnya UNA mencari lowongan pekerjaan yang tidak memerlukan ijazah SMA.

Dia kemudian memperoleh informasi lowongan kerja di sebuah situs yang mencantumkan pekerjaan terapis bagi perempuan.

Saat melamar, ia tak perlu menyertakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan ijazah.

UNA pun menghubungi agen penyalur tenaga terapis itu.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Saat Kejati DKI Ralat Pernyataan Restorative Justice | Kecelakaan Beruntun di Bundaran Senayan Disebabkan Sopir Pajero Mengantuk

Ketika ditemui UNA, agen tersebut mengiming-imingi penghasilan Rp 500.000 – Rp 1 juta per hari.

UNA juga langsung diberi uang Rp 5 juta yang disebut untuk membeli baju dan peralatan kosmetik.

Belakangan uang tersebut dibebankan sebagai utang.

Setelah 2 bulan bekerja, UNA sempat mengutarakan ingin berhenti bekerja sebagai terapis, namun UNA selalu ditahan oleh agen penyalurnya dengan alasan dia masih berutang.

UNA disebut baru bisa membayar Rp 1,5 juta dari total utang Rp 5 juta. Selain itu, dokumen akta kelahiran UNA juga ditahan sang agen.

“Padahal, saya sudah punya uang buat bayar sisa utang Rp 3,5 juta,” ucap UNA.

Baca juga: Saat Kejati DKI Ralat Pernyataan soal Restorative Justice untuk Kasus Penganiayaan oleh Mario...

Saat diwawancarai Kompas, UNA tampak putus asa dan sering menangis.

“Aku sampai pernah juga minum obat tidur berharap besok enggak bangun lagi. Terus enggak usah kerja di tempat itu lagi,” kata UNA.

(Kompas.com: Dzaky Nurcahyo/ Harian Kompas: ILO/JOG/FRD/DIV)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Anak-Anak Perempuan Dijual dan Dilacurkan”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com