JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga remaja berinisial D (17), yang menjadi korban penganiayaan Mario Dandy Satrio (20), menolak keras wacana restorative justice (RJ) yang diwacanakan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta kepada pacar Mario, AG (15).
"Respons kami sudah jelas bahwa tidak ada kata damai," tegas perwakilan keluarga D, Alto Luger, kepada Kompas.com, Senin (20/3/2023).
Alto mengungkapkan, keluarga besar D menutup pintu damai rapat-rapat kepada AG karena dirinya terbukti bersekongkol dengan Mario dan Shane Lukas (19) untuk melakukan penganiayaan.
Baca juga: Kajati DKI Jakarta Tawari D Berdamai dengan AG
Oleh karena itu, keluarga D merasa bahwa AG tidak berhak sedikit pun untuk mendapat kata maaf meski usianya masih di bawah umur.
"Ini kan bukan kecelakaan motor atau peristiwa yang memang tidak sengaja. Ini kan tindak pidana berat, penganiayaan berat dengan perencanaan. Jadi tidak mungkin ada perdamaian," ujar Alto.
Kondisi D yang dianiaya hingga koma dan masih dirawat di Ruang Perawatan Intensif (ICU) turut menjadi alasan lain ditutupnya pintu maaf untuk AG.
Meski progresnya cenderung positif, kata Alto, dampak buruk yang diderita D akan berlangsung lama.
Baca juga: Kejagung: Maaf dari Pihak D Jadi Syarat jika Kasus AG Diselesaikan di Luar Proses Pidana
Alto membayangkan suatu saat pasti masyarakat Indonesia melupakan kasus penganiayaan ketiga pelaku terhadap D, tetapi keluarga besar tentu tidak bisa melupakan hal itu.
Jadi, menjerat ketiga pelaku sesuai perundang-undangan yang berlaku adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.
"Kami kan belum tahu nih masa depan dia (D) seperti apa. Apakah dia akan kembali normal. Apakah dia akan seperti zombi, di mana tidak merespons. Apakah dia nanti pendidikannya seperti apa dan lain-lain. Ini perjuangan panjang yang akan mungkin dilupakan orang, tapi keluarga enggak bisa melupakannya. Jadi tidak ada damai," imbuh Alto.
Di bawah umur
Diberitakan sebelumnya, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta menawarkan D berdamai dengan salah satu pelaku penganiayaannya, yakni AG (15).
Kejati DKI pun akan menerapkan restorative justice terhadap AG jika D dan keluarganya setuju untuk berdamai.
Kepala Seksi Penerangan dan Hukum Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Ade Sofyan menjelaskan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan yang membuat kejaksaan menawarkan langkah penghentian penuntutan dengan restorative justice.
Salah satunya adalah karena AG masih berstatus anak di bawah umur.
Sehingga, ada pertimbangan dari jaksa yakni masa depan dari pelaku yang harus dilindungi sesuai aturan dalam undang-undang.
"Diversi kepada Anak AG yang berkonflik dengan hukum semata-mata hanya mempertimbangkan masa depan anak sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Anak," ujar Ade, Kamis (17/3/2023).
Baca juga: Polda Metro: Peluang Restorative Justice AG Pacar Mario Dandy Ranah Kejaksaan
Ade menambahkan, kejaksaan juga menawarkan pemberlakuan restorative justice karena pelaku AG tidak secara langsung menganiaya D.
"Perbuatan yang bersangkutan tidak secara langsung melakukan kekerasan terhadap korban," kata Ade.
Meski begitu, Ade menyebutkan bahwa pihaknya tidak akan memaksakan kehendak untuk menerapkan RJ.
Sebab, penyelesaian dengan keadilan restoratif hanya bisa dilakukan jika ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
"Apabila korban dan keluarga tidak memberikan upaya damai, khusus terhadap pelaku anak AG yang berkonflik dengan hukum, maka upaya restorative justice tidak akan dilakukan," kata Ade.Baca juga: Kejati DKI Sebut Tawaran Damai Hanya untuk AG, Bukan Mario dan Shane Lukas
Sementara untuk tersangka Mario Dandy (20) dan Shane Lukas (19), Ade menegaskan, tak ada peluang bagi keduanya untuk mendapatkan proses restorative justice.
Sebab, keduanya dianggap pelaku utama yang menyebabkan korban luka berat.
"Sehingga, ancaman hukumannya lebih dari batas maksimal RJ, dan menjadikan penuntut umum untuk memberikan hukuman yang berat atas perbuatan yang sangat keji," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.