Ia mendapatkan upah seikhlasnya dari mengajar mengaji anak-anak di masjid tersebut.
Selain mengajar mengaji di Masjid Jami' Kali Pasir, Mukhlis juga sering menerima tawaran untuk mengajar mengajari pribadi dari rumah ke rumah warga.
"Saya mah kan dulu itu gimana ya, abis nikah saya suka ngajar private ngaji, di luar (masjid) jadi dari situ aja (untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari)," kata dia.
Sampai saat ini pun, ia masih menerima tawaran mengajar mengaji, undangan menjadi imam masjid dan lainnya dan dibayar seikhlasnya oleh pengundang.
"Tapi kan emang ada waktunya begitu. Ada sedihnya suka begitu," kata dia.
"Tapi senangnya, ya itulah satu sisi ibadah, mengabdi untuk kampung, mengabdi untuk agama saya, jadi pemikiran saya dan tenaga saya itu bermanfaat untuk orang banyaklah, udah itu aja," imbuhnya.
Baca juga: Tak Malu Jadi Marbut meski Lulusan Sarjana Hukum, Topik: Kuncinya Ikhlas, Berkah Hidup di Masjid
Muhklis menjadi seorang marbut masjid tanpa paksaan dari siapa pun.
Ia menjadi seorang marbut masjid sejak bujang karena rasa cinta terhadap masjid tersebut dan lingkungan tempat kelahirannya itu.
"Saya enggak ngarepin apa-apa, emang di masjid mah istilahnya di kasih (upah) juga kagak dari dulu. Makanya semampu saya kerjain, saya kerjain," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.