JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah gizi kronis akibat kurang asupan gizi dalam jangka waktu panjang atau tengkes (stunting) telah menghantui balita di ibu kota.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka prevalensi balita stunting di DKI Jakarta mencapai 14,8 persen.
Dengan prevalensi stunting sebesar 14,8 persen, maka jumlah balita yang mengalami stunting di DKI Jakarta mencapai 116.000 balita.
Kompas.com menghimpun beragam kisah orang tua di ibu kota yang berjuang untuk membebaskan anak-anak balita mereka dari ancaman stunting.
Salah satu warga Warakas, Jakarta Utara, Eka Maryani (27) membagikan kisahnya yang telah berhasil membebaskan anak semata wayangnya, Bahar Sihabudin (4), sudah terbebas dari stunting.
Baca juga: Pesan Ibu yang Anaknya Pernah Stunting: Ikuti Saran Dokter dan Jangan Dengar Cibiran Tetangga
Dulu, perasaan Eka sempat hancur saat anaknya divonis mengalami stunting oleh dokter spesialis anak. Ia semakin terpukul usai mendapatkan cibiran dari lingkungan sekitar mengenai anaknya yang disebut kurang gizi.
"Berat badannya dia itu kurang, gizinya kurang. Jadi, seumuran dia itu, memang benar-benar untuk berat badan. Jadi, disuruh rujuk," ujarnya, Selasa (11/4/2023).
"Saat usianya 4 tahun, berat badan Bahar 10 kilogram," lanjut Eka.
Sebenarnya, ungkap Eka, ekonomi keluarga bukan menjadi salah faktor yang menyebabkan Bahar mengalami stunting atau kurangnya asupan gizi. Hanya saja, Bahar punya kebiasaan malas makan.
"Dia apa saja enggak doyan sih. Jadi, susah, makannya tuh. Doyannya tuh susu doang. Dia enggak doyan makanan yang lain," ucap Eka.
Baca juga: Ratusan Ribu Anak Jakarta Idap Stunting, Ini Cara Mengatasinya…
Setelah anaknya dinyatakan stunting oleh dokter spesialis anak, Eka selalu rajin kontrol asupan gizi Bahar ke puskesmas. Apa yang disarankan oleh dokter, selalu dijalankan.
Eka sesekali harus memaksa Bahar untuk makan. Hanya saja, makanan yang disajikan berbeda.
"Nah, kan kalau anak kecil doyan kan? Nah dia ayam yang digoreng itu enggak suka, ayam bersantan itu dia enggak doyan," tutur Eka.
"Iya, kayak dibikin bubur bayi gitu baru dia doyan. Yang enggak kelihatan di mata dia, doyan," ucap Eka melanjutkan.
Selama proses perbaikan gizi, Eka mengungkapkan bahwa Bahar hanya membutuhkan enam bulan untuk terbebas dari stunting.
Baca juga: Stunting Hantui 116 Ribu Balita Ibu Kota, Pengidap Tak Selalu dari Kalangan Menengah ke Bawah
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.