JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menghilangkan trotoar dan jalur sepeda di persimpangan Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dinilai merampas hak pejalan kaki dan pesepeda.
Seperti yang diketahui, jalur sepanjang 50 meter tersebut malah diaspal ulang dan berganti menjadi salah satu ruas jalan kendaraan bermotor dari arah Jalan Wolter Monginsidi menuju kawasan Blok M.
Tidak sedikit pejalan kaki dan pesepeda menyesalkan atas perubahan yang baru saja terjadi.
Sebab, mereka tak bisa lagi leluasa melewati jalur tersebut untuk menjangkau sejumlah pusat kegiatan yang ada di Jalan Suryo Raya, Jalan Wijaya 1, dan Jalan Wolter Monginsidi, seperti tempat ibadah, pertokoan, rumah makan, dan klinik.
Perubahan yang terjadi membuat sejumlah jemaat Gereja Katolik Santa Perawan Maria Ratu kebingungan saat hendak lewat.
Yulius Nugroho (42), jemaat yang biasa memarkirkan kendaraannya di pertokoan Jalan Wolter Monginsidi, kini harus lebih bersiaga ketika berjalan menuju mobilnya seusai keluar dari gereja di Jalan Suryo Raya.
Dia harus memperhatikan sekelilingnya dengan baik agar tidak terserempet kendaraan saat melintasi jalur selebar sekitar tiga meter tersebut.
”Baru tahu juga kalau akan dihilangkan seperti ini. Ya, otomatis sekarang sudah tidak senyaman dulu lagi saat melintas,” kata Yulius, dilansir dari Kompas.id, Senin (17/4/2023).
Baca juga: Penutupan U-Turn Pasar Santa Dianggap Tak Tunjukkan Keberpihakan Pejalan Kaki
Setelah jalur tersebut ditimpa aspal, kini pejalan kaki maupun pesepeda hanya bisa memanfaatkan akses darurat berupa median jalan yang belum tertata rapi.
Jessica (28), pejalan kaki yang datang dari arah Jalan Suryo Raya menuju Jalan Wijaya 1, mau tak mau harus menyusuri median jalan yang masih berbentuk urukan tanah.
”Jalur untuk pejalan kaki ditutup, tapi bagi pejalan kaki tidak disediakan jalur alternatif. Kami harus berjalan melipir, satu sisi ada taman, sedangkan sisi lainnya ada median jalan yang belum dirapikan,” ujar Jessica.
Hal yang sama juga dialami Farizal (27) dan beberapa pesepeda yang tengah melintas dari arah Wijaya 1 menuju Jalan Suryo Raya.
Farizal dan teman-temannya harus berjalan sembari memikul sepeda di jalan yang sempit untuk menjangkau jalur sepeda di seberang jalan.
”Sangat disayangkan, saat negara-negara di dunia mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda, di sini justru semakin mengurangi aksesibilitas kami. Ini seperti kemunduran peradaban,” kata Farizal.
Baca juga: Pengemudi Ojol Keluhkan Penutupan U-Turn di Simpang Pasar Santa
Ketua Forum Diskusi Transportasi Jakarta Adriansyah Yasin Sulaeman sangat menyayangkan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.