JAKARTA, KOMPAS.com - Seminggu terakhir, indeks kualitas udara (air quality index/AQI) Jakarta terbilang mengkhawatirkan, karena ada di atas angka 150, berdasarkan data IQAir per 26 Mei-1 Juni 2023.
Untuk diketahui, indeks kualitas udara yang baik berkisar antara 0-50, sedangkan AQI di atas 300 dianggap berbahaya, mengutip IQAir.
Sementara itu, per pukul 19.00 WIB pada Jumat (2/6/2023), tingkat polusi udara Jakarta mencapai 129 dengan konsentrasi polutan utama PM 2.5, artinya tidak sehat.
Baca juga: Ikhtiar untuk Memperbaiki Kualitas Udara Jakarta
Lantas, apa itu polutan PM 2.5 dan bagaimana bahayanya bagi tubuh?
Dokter spesialis paru Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, PM 2.5 adalah partikel udara halus yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer.
Polutan berbahaya itu banyak ditemukan pada polusi udara. Imbasnya, jika terhirup, PM 2.5 bisa masuk ke organ pernapasan karena berukuran sangat kecil.
"PM 2.5 itu bisa masuk sampai ke paru sampai alveoli, bahkan dia bisa masuk ke dalam darah, dan disinyalir saat ini partikel itu sebagai salah satu partikel paling bahaya dari polutan," terang Agus kepada Kompas.com, Jumat.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Penyakit Pernapasan Pun Mengintai
Jika menghirup partikel PM 2.5 dalam jumlah banyak, seseorang bisa mengalami peradangan kronik pada sistem vaskular (pembuluh darah) tubuh.
"Bisa meningkatkan risiko penyakit jantung sampai stroke, karena polutan yang ukurannya sangat halus itu masuk dalam darah, terdistribusi di tubuh, dan berisiko meningkatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung," papar dia.
Tak hanya itu, PM 2.5 juga bersifat karsinogen atau dapat memicu kanker. Agus menerangkan, dalam PM 2.5 ada partikel yang menyebabkan terjadinya kanker.
"Oleh karena itu risiko terjadinya kanker karena polutan itu cukup tinggi di masyarakat," ucap dia.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Waspadai Penyakit Pernapasan pada Anak
Sebuah data di Inggris, kata dia, menunjukkan bahwa orang yang terpapar polusi tinggi secara terus menerus selama bertahun-tahun menyebabkan risiko kanker.
"Itu datanya 4-5 persen dari penderita kanker paru itu karena polusi dan polusinya karena PM 2.5," kata Agus.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan data penelitian di Rumah Sakit Persahabatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2013, dari 300 penderita kanker, empat persen di antaranya terkena kanker akibat polutan.
"Kami meneliti sekitar 300 penderita kanker paru, ternyata sekitar empat persen dari penderita kanker paru yang terdeteksi di kedua rumah sakit itu risiko karena polutan. Jadi empat persen itu risikonya karena polutan," ungkap Agus.
Karena itu, secara keseluruhan, polutan PM 2.5 membawa dampak buruk untuk pernapasan hingga sistem pembuluh darah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.