Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Perkumpulan Kesenian Sobokartti Mencari Sosok Muda Penerus Pelestarian Budaya Jawa

Kompas.com - 04/06/2023, 23:38 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Perkumpulan Kesenian Sobokartti di Kota Semarang, Jawa Tengah, memiliki cara tersendiri untuk memikat generasi muda supaya mau mempelajari seni budaya tradisional.

Salah satunya dengan memberikan harga miring kepada muda-mudi yang ingin berproses di Sobokartti.

"Kami berusaha menarik generasi muda dengan cara mematok iuran seminimal mungkin. Sobokartti kini hanya mematok biaya sebesar Rp 50.000 per orang," ujar Darmadi, Ketua Bidang Tari Sobokartti, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Cerita Slamet Riyanto Jadi Instruktur Karawitan di Sobokartti: Dulu Dibayar Puluhan Ribu, Kini Ratusan Ribu

Darmadi mengatakan, biaya itu berlaku untuk delapan kali pertemuan, khususnya di sektor tari.

Sementara, untuk bidang lainnya, antara lain karawitan, pedalangan, gamelan, dan pranatacara, sebagian besar hanya empat kali pertemuan.

"Selain mematok iuran minim, Sobokartti juga kerap melakukan pelatihan di tempat umum. Hal ini dilakukan guna menarik perhatian masyarakat, khususnya generasi muda," tutur Darmadi.

Menyoal waktu pelatihan, Darmadi berujar, kegiatan itu tengah diusahakan digelar setidaknya satu kali tiap pekan.

Namun, untuk lokasi kegiatan, biasanya masih berada di lingkungan Sobokartti.

"Kebetulan kami punya pendopo terbuka yang tepat berada di pinggir jalan raya. Jadi terkadang kami melakukan latihan di sana," ungkap dia.

Baca juga: Dompet Dhuafa Ongkosi Belasan Instruktur Sobokartti yang Digaji Kecil untuk Lestarikan Budaya Jawa

Di lain sisi, Slamet Riyanto yang merupakan instruktur di bidang karawitan mengungkapkan, Sobokartti mulai kebanjiran siswa-siswi semenjak mendapat bantuan dari Dompet Dhuafa cabang Jawa Tengah.

Dompet Dhuafa disebut turut membantu mengelola media sosial sekaligus memasarkan Sobokartti secara langsung.

"Kami sering diundang ke acara-acara yang dihelat Dompet Dhuafa, sehingga semakin banyak orang yang mengenal kami," beberapa Riyanto.

Contoh kecilnya, kata Slamet, jumlah siswa di bidang karawitan terus meningkat sejak akhir tahun lalu.

Baca juga: Perkumpulan Kesenian Sobokartti Banting Harga demi Lestarikan Budaya Jawa

Sebelum dinaungi Dompet Dhuafa pada pengunjung 2022, anggota karawitan hanya berjumlah 30 orang dan mayoritas sudah menginjak usia lanjut.

Sedangkan, setelah dinaungi Dompet Dhuafa, total siswa di bidang karawitan ada 90 orang dan dihuni lebih banyak anak muda.

"Untuk karawitan dulu hanya 30 orang, itu juga sudah sepuh malah. Terus sekarang ada 90 siswa yang terdiri dari mahasiswa sekitar 30-an orang, Grup SD-SMA juga sekitar 30-an orang dan sisanya sudah sepuh," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com