JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat tata kota Yayat Supriyatna menilai, kemacetan yang kerap terjadi pada pagi hari di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, tak luput dari adanya peralihan fungsi kawasan.
Condet yang dulu merupakan kawasan cagar budaya, kini telah menjadi area padat penduduk.
"Dulu kawasan Condet itu untuk kawasan cagar budaya yang sebetulnya peruntukannya sebagai ruang terbuka hijau sebagian besar, tapi sekarang sudah menjadi kawasan padat penduduk, bangkitannya terlalu tinggi," kata Yayat kepada Kompas.com, Kamis (8/6/2023).
Baca juga: Demi Atasi Macet, Mungkinkah Jalan Raya Condet Diperlebar?
Ditambah, kini Jalan Raya Condet juga menjadi jalan arteri bagi para pengendara dari Jalan Raya Bogor yang menuju Cililitan.
"Kan banyak orang menggunakan Jalan Raya Condet sebagai lintasan karena melihat kepadatan Jalan Raya Bogor," kata Yayat.
Jalan Condet yang awalnya hanya berfungsi sebagai jalan permukiman, kini harus menanggung banyaknya kendaraan dari segala arah.
"Jalannya itu jaringan jalan untuk permukiman sebetulnya, bukan jalan arteri sekunder, atau jalan arteri primernya, tapi bebannya itu menjadi beban jalan arteri karena bangkitannya udah terlalu tinggi," papar dia.
Belum lagi, sebagai kawasan permukiman, muncul fungsi pelayanan pendidikan lewat pembangunan sekolah-sekolah di Condet.
"Hambatan (macet) itu karena ada sekolah. Kenapa ada sekolah di situ? Karena lingkungan dulu memang permukiman ada fungsi pelayanan pendidikan di kawasan itu," tutur Yayat.
Maka, imbasnya muncul pula aktivitas antar jemput siswa menggunakan kendaraan pribadi, motor dan mobil.
"Jadi (sekarang) yang diperlukan adalah bagaimana mengatasi simpul kemacetan di gerbang sekolah," ujar dia.
Baca juga: Lurah Tak Pernah Dapat Keluhan soal Jalan Condet Macet: Mungkin Warga Sudah Terbiasa...
Maka saat ini, menurut Yayat, untuk mengantisipasi kemacetan akibat tingginya mobilitas di Jalan Raya Condet, petugas harus ditempatkan di titik-titik rawan.
"Intinya kalau kondisi seperti itu adalah penempatan petugas dan mencari tempat untuk ruang turun naik saat antar jemput siswa, karena sudah terjadi macetnya," tutur dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.