JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang beras di Pasar Perumnas Klender, Syahfitri Mariah (41) menilai, penjualan beras dari program Stabilitas Pangan dan Harga Pangan (SPHP) dalam kemasan 1 kilogram justru akan menyulitkan pedagang.
Fitri beralasan, jarang yang membeli beras hanya satu kilogram.
"Menyulitkan banget, karena kemasan 1 kilogram itu orang jarang beli. Rata-rata kalau di sini, orang yang beli di toko saya ini, 1 liter itu jarang. Rata-rata 3 liter, jadi kalau untuk yang 1 kilogram itu, jadi harus dibungkus banyak," kata Fitri kepada Kompas.com di Pasar Perumnas Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (28/8/2023).
Baca juga: Bulog Bakal Produksi Beras SPHP dalam Kemasan 1 Kilogram
Selain jarangnya minat pembeli, kehadiran beras kemasan 1 kilogram juga akan membuat tokonya menjadi penuh.
Sebab, akan lebih banyak ruang yang digunakan untuk memajang beras SPHP 1 kilogram.
"Untuk kami display itu agak repot. Kalau di warung-warung kelontong mungkin bisa," jelas Fitri.
Penjualan beras kemasan 5 kilogram dinilai lebih praktis karena akan mempermudah pembeli dan pedagang beras.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan beras murah melalui program SPHP menggunakan kemasan 1 kilogram.
Ia menuturkan, wacana ini disiapkan untuk masyarakat yang memang tidak bisa membeli beras SPHP 5 kilogram yang kini telah didistribusikan ke pasar dan ritel.
Baca juga: Bos Bulog Minta Masyarakat Tak Khawatir meski Harga Beras Naik
"Ini (beras kemasan 1 kilogram) sedang kami pikirkan. Jadi, ini nanti akan disikapi oleh Bulog. Bulog juga nanti akan membuat packaging (kemasan) yang 1 kilogram. Masyarakat yang nanti tidak bisa membeli 5 kilogram, kami akan berikan yang 1 kilogram. Ini akan kami usahakan," kata Budi Waseso di Pasar Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin.
Nantinya, beras itu akan dijual dengan harga Rp 9.450 untuk setiap kemasan 1 kilogram.
Meski begitu, pria yang juga karib disapa Buwas itu belum bisa memastikan kapan beras kemasan 1 kilogram itu akan diproduksi dan distribusikan.
"Ya, saya penginnya secepatnya, tapi kan butuh waktu. Sekarang yang kami konsentrasikan yang 5 kilogram ini. Karena kan masyarakat itu butuhnya untuk stok satu minggu. Nah, itu kami penuhi dulu," kata Buwas.
"Dulu kan pernah saya buat juga sampai yang 250 gram. Itu saya buat. Tapi ternyata masyarakat tidak membutuhkan itu. Sekarang mungkin butuh. Itu bisa kami adakan lagi," tutur dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.