Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Banyak PR Integrasi Angkutan dan Transjakarta

Kompas.com - 21/11/2013, 08:51 WIB

 


JAKARTA, KOMPAS.com —
 Masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk merealisasikan integrasi bus transjakarta dengan angkutan umum. Selain persoalan payung hukum, banyak infrastruktur penting yang harus dibangun. Hal yang lebih penting, Pemprov DKI Jakarta harus memanfaatkan momentum program sterilisasi dan penambahan bus pada akhir tahun ini.

”Pemprov DKI harus segera menyiapkan payung hukum pengelolaan bus sedang yang akan datang. Jika rencana awal menunggu proses akuisisi PPD (Perusahaan Pengangkutan Djakarta) dari pusat ke DKI, pilihan ini sebaiknya dikesampingkan. Proses akuisisi itu terlalu lama,” kata anggota DPRD DKI Jakarta M Sanusi, Rabu (20/11), di Jakarta.

Pilihan yang paling mungkin membuat peraturan gubernur untuk memayungi pengelolaan bus sedang di bawah UP Transjakarta Busway.

Beberapa hal lain yang harus disiapkan adalah membangun sistem tiket yang sama antarmoda. Sementara ini, integrasi bus sedang ke lajur transjakarta belum menyentuh persoalan itu. Persoalan yang tidak kalah penting adalah membangun tempat parkir memadai di simpul-simpul masuk Jakarta. Sejauh ini baru ada empat tempat parkir di simpul pergantian moda dan menurut rencana pemerintah membangun 20 tempat parkir.

Secara umum, pengelolaan bus transjakarta akan mengadopsi pelayanan langsung dan sistem trunk and feeder. Sistem ini dikembangkan lebih dahulu di Guangzhou, China, dan Bogota, Kolombia. Adopsi pengembangan angkutan berbasis bus dengan sistem itu dinilai tepat di tengah keterbatasan ruas jalan.

Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo mengakui banyak infrastruktur yang belum siap. ”Tidak semua bus sedang bisa masuk lajur transjakarta karena perbedaan spesifikasi,” katanya.

Secara terpisah, Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto mengatakan, rencana penerapan sistem pelayanan langsung bisa diterapkan dulu di Koridor I (Blok M-Kota) dan VI (Ragunan-Dukuh Atas) untuk memaksimalkan kapasitas jaringan bus transjakarta dan angkutan umum. Pelayanan ini memungkinkan bus umum reguler menggunakan jalur dan fasilitas bus transjakarta.

Di dua koridor itu frekuensi bus transjakarta di bawah 12 bus per jam. Di koridor yang sama terjadi singgungan yang cukup tinggi, sekitar 40 persen, dengan rute angkutan reguler. (NEL/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com