Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang Berputar di Area Banjir

Kompas.com - 03/02/2014, 09:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya penanggulangan banjir di DKI Jakarta tiap tahun dilakukan pemerintah. Atas nama proyek dan program, tidak terhitung berapa dana publik yang mengalir ke titik-titik banjir. Namun, banjir tetap melanda setiap musim hujan. Area banjir menjadi pusat perputaran uang yang menguntungkan banyak pihak. Ironis dan miris....

Saat jumpa pers terkait bencana dan penanganan banjir Jakarta, Senin (13/1), di Kementerian Pekerjaan Umum, ada informasi yang menenangkan sekaligus memicu pertanyaan. ”BNPB menyediakan Rp 50 miliar untuk membantu penanggulangan bencana banjir Jakarta. Kalau masih kurang, akan disediakan dana lagi,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif, kala itu.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Bambang Musyawardana menambahkan, DKI menyediakan Rp 50 juta-Rp 150 juta per kelurahan untuk dana taktis penanggulangan bencana.

Begitu banyak uang yang tersedia, tetapi dalam kenyataannya jumlah itu tetap tidak mencukupi. Di Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, selama tiga pekan terakhir kebanjiran, setidaknya 3.000 jiwa penduduknya terdampak bencana. Jika setiap orang membutuhkan Rp 10.000 untuk sekali makan, berarti dalam sehari membutuhkan Rp 30.000 atau Rp 630.000 untuk tiga pekan.

”Itu baru makan. Kami juga butuh baju dan peralatan sekolah karena punya anak-anak sudah rusak kena banjir, perabot juga banyak yang rusak,” kata Sukardi, warga setempat.

Dengan tingginya kerugian yang dihadapi setiap korban banjir, bisa jadi dana taktis di tingkat kelurahan ludes dalam dua-tiga hari saja. Belum lagi ketika BNPB memutuskan melakukan rekayasa cuaca bersama BPPT untuk mengendalikan curah hujan di Jakarta. ”Rp 20 miliar disiapkan untuk rekayasa cuaca,” ujar Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Perputaran uang di kawasan banjir tak hanya itu. Cobalah lihat dari dekat kawasan banjir di Pengadegan ataupun Rawajati di Pancoran juga di Bukit Duri, Tebet. Uang jutaan hingga puluhan juta terus mengalir ke sana setiap hari.

”Akhirnya datang juga, sudah ditunggu dari tadi. Tadi masih ada warga yang belum dapat jatah makan siang,” kata Wisnu, relawan di Rawajati, Sabtu (25/1), sembari menyongsong kedatangan sebuah mobil yang membawa bantuan nasi kotak.

Bantuan yang datang dari para dermawan itu jelas berbeda pembiayaan dengan program yang dijalankan BNPB ataupun BPBD. Selama masa banjir seperti ini biasanya sesama warga yang tidak menjadi korban banjir dan memiliki kelebihan dana atau barang berlomba-lomba membantu yang kesusahan. Tak terbilang banyaknya LSM, termasuk kader partai politik, serta perusahaan-perusahaan yang turun tangan. Di salah satu stasiun televisi swasta, dalam running text-nya diumumkan bahwa dana kemanusiaan dari para pemirsa untuk korban banjir Jakarta dan sekitarnya hingga Kamis (30/1) menembus Rp 4 miliar.

Kisah miris

Di tengah membanjirnya bantuan bagi korban banjir, terselip kisah-kisah miris, bahkan yang membuat marah. ”Saya dan tetangga tahun lalu sengaja mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan makanan bagi korban banjir di sekitar tempat tinggal kami. Namun, mereka menolak dan meminta makanan jadi saja biar praktis,” kata Sartono, warga Cipinang, Jakarta Timur.

Warga di lingkungan tempat tinggal Sartono pun kemudian membuat dapur umum dadakan dan memasak semua bahan kemudian diwadahi dalam kotak-kotak yang bersih dan rapi. ”Namun, kami terkejut. Ketika kami datang bawa nasi kotak, korban banjir tanya lauknya apa. Mereka terlihat tidak berkenan dengan lauk-pauk dan nasi dari kami. Sumbangan kami tidak disentuh,” tuturnya.

Sartono dan para tetangganya hanya bisa terdiam walau marah luar biasa. Meski sederhana, Sartono menjamin nasi serta lauk dari mereka terjamin rasa dan kualitas gizinya.

Ratih, warga Sentul, Bogor, yang kebetulan berada di sekitar Cawang, Jakarta Timur, akhir pekan lalu terbengong-bengong menyaksikan beberapa korban banjir membuang nasi dan lauk-pauk yang diambilnya dari dapur umum di posko dinas sosial di kawasan itu. ”Dia ambil terus dimakan sedikit, lalu dibuang juga di dekat posko itu semuanya. Gila, sudah tidak dimakan, buang sembarangan. Makanan yang dibuang menumpuk, lho. Berarti banyak yang perilakunya seperti itu. Nanti yang membersihkan relawan di situ juga. Parah banget,” ungkapnya.

Pasokan baju pantas pakai untuk korban banjir menemui nasib sama. Terkadang, karena dianggap jelek, pakaian bekas itu pun hanya teronggok menggunung selama berhari-hari tanpa ada yang menyentuh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com