Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Template" Terbatas, Tunanetra Hanya Bisa Pilih Anggota DPD

Kompas.com - 25/03/2014, 09:53 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA,KOMPAS.com — Kesempatan untuk melaksanakan pemilu bagi kaum disabilitas masih menemui kendala. Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru membuat template khusus untuk pemilih disabilitas, tetapi hanya bisa digunakan untuk pemilu Dewan Perwakilan Daerah.

Menurut Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Cabang DKI Jakarta Eka Setiawan, banyak aspek yang harus dipertimbangkan untuk membuat template sehingga bisa diaplikasikan ke seluruh proses pemilu.

"(Kertas suara) baru dibuat hanya untuk DPD karena calon DPD independen dan jumlah kandidatnya tidak terlalu besar," ujar Eka kepada Kompas.com, Senin (24/3/2014) sore.

Eka menjelaskan, pertimbangan template kertas suara khusus disabilitas juga dinilai lebih mudah untuk pemilu DPD karena tidak tergantung pada daerah pemilihan atau dapil. Tidak seperti pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ataupun DPRD yang setiap wilayah administratifnya terdiri dari beragam dapil.

Template kertas surat suara khusus disabilitas berbentuk mirip dengan kertas surat suara biasa. Bedanya, template ini dibentuk serupa map yang memiliki sisi atas dan bawah.

Sistemnya, kertas surat suara biasa akan dimasukkan ke dalam template tersebut. Di sisi atas template terdapat huruf braille yang menerangkan nama, nomor, dan keterangan lain dari kertas suara.

Untuk dapat mencoblos, terdapat lubang kecil yang didesain khusus untuk kaum disabilitas dalam menentukan pilihannya. Dengan template seperti itu, kaum disabilitas tidak lagi memerlukan pendamping untuk membantu mereka mencoblos.

Eka menuturkan, teman-teman disabilitas selama ini merasa ragu saat memilih dalam pemilu. Sebab, mereka ditemani oleh pendamping saat memilih. Kerahasiaan keputusan mereka kurang terjamin. "Masih rawan penyimpangan," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar sosialisasi pelaksanaan pemilu di Panti Kartika Destarata, Jakarta Barat, Sabtu (22/3/2014).  

Dede (24), salah seorang penyandang disabilitas, senang dengan sosialisasi tersebut. Namun, dia menyayangkannya karena belum bisa mencoba langsung. Hanya beberapa perwakilan yang bisa memeragakan pemilihan saat sosialisasi. "Saya masih penasaran, belum sempat coba," tutur Dede.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com