Menurut salah satu guru PAUD, Zima, sejak tahun ajaran baru, anak-anak itu sudah tidak memiliki ruang kelas. Sebab, ruang kelas untuk PAUD telah dibongkar beberapa waktu lalu.
"Kita ke sini (teras masjid) dari Mei, udah dibongkar di sana (ruang kelasnya)," ujar Zima kepada Kompas.com, Senin (14/9/2015).
Zima menjelaskan, seharusnya siswa yang berjumlah lebih kurang 50 orang dibagi menjadi 2 kelas. Namun, mereka terpaksa digabung menjadi satu kelas karena ketiadaan ruangan belajar.
Pantauan Kompas.com, meski harus belajar di ruang terbuka, siswa-siswa tampak tetap semangat. Mereka dengan fokus mendengarkan cerita sejarah nabi yang dibacakan guru mereka. Beberapa siswa di belakang tampak setengah berdiri agar dapat melihat gambar dalam buku cerita yang ditunjukkan guru tersebut.
Saat guru membacakan sejarah air zam-zam, beberapa anak sesekali menimpali ucapan guru tersebut. "Bu, airnya bisa dipakai buat nyuci juga?" ujar seorang anak.
"Bu di sana gak ada gayung, Bu?" timpal anak lainnya.
Menurut Nur, guru PAUD lainnya, siswa-siswanya tidak keberatan belajar di sana. "Yang ada tempat aja kita manfaatkan. Alhamdulillah sih anak-anak pada ngerti. Mereka enggak ngeluh. Gimana kita juga ngajaknya. Kita kondisinya begini," tuturnya.
Siswa-siswa itu memang tampak semangat. Setelah mendengarkan cerita, mereka bernyanyi dengan lantang. Beberapa anak pun menepuk-nepuk tangan mereka ke kaki dan teras masjid.
Saat hendak pulang, seorang anak laki-laki berdiri di samping guru mereka untuk memimpin doa. Anak-anak lainnya turut berdoa bersama sesuai komando temannya. Setelahnya, mereka harus menunjukkan sikap duduk rapi agar dapat segera pulang.
Selain siswa PAUD, ada pula siswa-siswa SMP Sekolah Master yang tidak memiliki ruang kelas. Mereka pun akhirnya belajar bersama di dalam masjid. Padahal, sama halnya dengan siswa PAUD, mereka seharusnya dibagi dalam beberapa kelas.
"Sekarang belajarnya pada di emperan (masjid)," ujar Wakil Kepala Sekolah Master Rustamin.
Sebagai informasi, sebanyak 12 kelas, dari total 25 kelas yang dimiliki Sekolah Master (akronim dari Masjid Terminal), telah dibongkar dalam penggusuran yang terjadi mulai Sabtu (29/8/2015) lalu. Penggusuran itu terkait rencana Pemerintah Kota Depok memulai tahapan pembangunan Terminal Terpadu Margonda Raya. (Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.