Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Paham soal Anggaran Siluman Rp 700 Miliar, Ahok Ditegur Taufik

Kompas.com - 10/12/2015, 13:19 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui bahwa ada kesalahpahaman dalam dugaan temuan anggaran siluman sebesar Rp 700 miliar pada Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) Suku Dinas Tata Air DKI Jakarta.

Terkait hal itu, Wakil Ketua Badan Anggaran DPRD DKI Mohamad Taufik menegur Basuki. 

"Jadi, ini kegiatan Sudin Tata Air dikembalikan lagi seperti semula ya, bukan dihilangin (anggarannya). Nanti bisa banjir terus Jakarta kalau anggarannya dihilangin terus. Pak Gubernur juga jangan salah sangka terus," kata Taufik kepada Basuki yang duduk di sampingnya saat Rapat Banggar di Gedung DPRD DKI, Kamis (10/12/2015). 

Anggaran Rp 700 miliar itu merupakan anggaran untuk pembangunan sheetpile atau dinding turap yang tersebar di tiap Suku Dinas Tata Air. Basuki menginstruksikan penggabungan lelang konsolidasi.

Namun, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) mempersepsikan penggabungan anggaran dengan membuat nomenklatur baru.

[Baca: Bisikan Bestari soal Rp 700 Miliar Ternyata Bukan Anggaran Siluman]

Dengan demikian, anggaran Rp 700 miliar bukanlah anggaran siluman seperti yang disangkakan Ketua Fraksi Nasdem Bestari Barus dan Basuki. Anggaran itu kemudian dikembalikan ke tiap-tiap suku dinas tata air.

"Saya suudzan (berpikiran negatif) saja nih, Pak Taufik. DPRD menginformasikan ada kecurigaan anggaran bertambah, padahal kami sepakat tidak boleh ada anggaran di luar RKPD (rencana kerja pemerintah daerah)," kata Basuki. 

Contohnya saat Banggar DPRD DKI menemukan anggaran pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) bagi anak-anak di pos Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil KUA-PPAS 2016.

Namun setelah mendapat penjelasan bahwa kegiatan itu merupakan instruksi Kementerian Dalam Negeri, Basuki menerimanya.

"Untuk yang lain, enggak ada toleransi. Dengan pembahasan Banggar ini, saya jadi tahu mana (pejabat) yang agak pintar atau agak bodoh, dan ini bisa jadi evaluasi untuk ganti pejabat DKI," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com