Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Ibu Penjual Jamu demi Menyekolahkan Anaknya Lulus S-1

Kompas.com - 22/12/2015, 12:57 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Suratmi (55) mengayuh sepeda merah jambunya dengan kecepatan pelan di tepian jalan raya.

Di bagian belakang sepeda terdapat tempat menaruh botol-botol khas penjual jamu. Dengan senyum mengembang, Suratmi ramah menjamu pelanggan.

"Jamu apa, Mas?" kata Suratmi.

Seakan tak mau kehilangan pelanggan, Suratmi menjelaskan satu per satu jamu andalannya. Mulai dari kunyit asam, beras kencur, hingga jamu untuk penyegar badan.

Tangannya tampak cekatan. Suratmi mulai mengambil botol kunyit asam dan mengocoknya sebentar, kemudian ia tuangkan. Satu gelas jamu ia suguhkan dengan senyum.

"Sudah 35 tahun saya jual jamu, Mas," kenang Suratmi.

Perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini merantau bersama suaminya dari tempat asalnya ke Tangerang sejak umur 17 tahun. Ia datang ke Tangerang untuk mengadu nasib sekitar tahun 1980.

Menjual jamu adalah satu-satunya keahlian yang ia miliki. Meskipun orangtua tak pernah menjual jamu, ia tak patah arang dengan belajar ke saudara dan teman-temannya.

Berbekal ilmu itulah, Suratmi menjual jamu dengan berkeliling di dekat rumahnya di daerah Koang, Kota Tangerang. Sementara itu, sang suami menjadi penjual bakso.

Biayai kuliah

Meski hanya menjual jamu, Suratmi tak pernah mengeluh. Bahkan, ia bangga. Dari hasil jerih payahnya, anak pertamanya, Suranto (34), bisa kuliah strata satu (S-1).

"Anak pertama saya kuliah S-1 sampai kelar dari hasil jual jamu ini," cerita Suratmi bangga.

Suratmi menceritakan, lepas di bangku sekolah menengah atas (SMA) di Jawa Tengah, Suranto mendaftar di salah universitas di Solo. Suratmi berusaha tak mengecewakan anaknya, dan membiarkan sang anak untuk kuliah. 

"Dia daftar di jurusan akuntansi," kata Suratmi.

Kini, Suranto bekerja di salah satu perusahaan swasta di daerah Tangerang. Sementara itu, anak kedua Suratmi, Susilo (24), bekerja di salah satu pabrik karton di Jakarta.

"Anak kedua itu maunya kerja setelah lulus. Enggak apa-apa, saya persilakan," kata Suratmi.

Sebagai seorang ibu, pada Hari Ibu ini, dia hanya berharap yang terbaik bagi anaknya.

"Saya mau anak saya tidak seperti saya dan bapaknya, menjual jamu dan bakso. Semoga dengan pendidikan tinggi, mereka bisa mendapat kehidupan yang lebih baik," kata Suratmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Warga Kepulauan Seribu Seberangi Lautan dan Cuti Kerja untuk Tonton Pertandingan Indonesia Vs Irak

5 Warga Kepulauan Seribu Seberangi Lautan dan Cuti Kerja untuk Tonton Pertandingan Indonesia Vs Irak

Megapolitan
Kompaknya Ibu-Anak Dukung Skuad Garuda Melawan Irak di GBK

Kompaknya Ibu-Anak Dukung Skuad Garuda Melawan Irak di GBK

Megapolitan
Polisi Tahan 2 Pelaku 'Bullying' Siswi SD di Depok

Polisi Tahan 2 Pelaku "Bullying" Siswi SD di Depok

Megapolitan
PPDB 2024/2025, Disdik Jakarta Lakukan Penyempurnaan dan Peningkatan Layanan

PPDB 2024/2025, Disdik Jakarta Lakukan Penyempurnaan dan Peningkatan Layanan

Megapolitan
Spanduk Dukungan untuk Anies Maju Pilkada Jakarta Terpasang di Kembangan, Warga Nilai Tak Etis

Spanduk Dukungan untuk Anies Maju Pilkada Jakarta Terpasang di Kembangan, Warga Nilai Tak Etis

Megapolitan
Euforia Pendukung Timnas Indonesia Menjelang Laga Lawan Irak, GBK Jadi Lautan Merah Putih

Euforia Pendukung Timnas Indonesia Menjelang Laga Lawan Irak, GBK Jadi Lautan Merah Putih

Megapolitan
Spanduk Dukungan Anies Ikut Pilkada 2024 Terpasang di Beberapa Titik Wilayah Kembangan Utara

Spanduk Dukungan Anies Ikut Pilkada 2024 Terpasang di Beberapa Titik Wilayah Kembangan Utara

Megapolitan
Jumlah Penumpang MRT, LRT, dan Transjakarta Turun Selama April 2024

Jumlah Penumpang MRT, LRT, dan Transjakarta Turun Selama April 2024

Megapolitan
Ratusan Warga Antre Berjam-jam demi Lamar Kerja di Gerai Penjualan Ponsel Condet

Ratusan Warga Antre Berjam-jam demi Lamar Kerja di Gerai Penjualan Ponsel Condet

Megapolitan
Buruh Tolak Tapera, Said Iqbal: DPR Jangan Cuci Tangan

Buruh Tolak Tapera, Said Iqbal: DPR Jangan Cuci Tangan

Megapolitan
Jelang Pertandingan Indonesia Vs Irak, Rekayasa Lalin Sekitar GBK Situasional

Jelang Pertandingan Indonesia Vs Irak, Rekayasa Lalin Sekitar GBK Situasional

Megapolitan
Partai Buruh 'Positive Thinking' ke Prabowo jika Tapera Tetap Dilanjutkan

Partai Buruh "Positive Thinking" ke Prabowo jika Tapera Tetap Dilanjutkan

Megapolitan
Kamis Siang, Massa Aksi Tolak Tapera di Gambir Jakpus Mulai Bubarkan Diri

Kamis Siang, Massa Aksi Tolak Tapera di Gambir Jakpus Mulai Bubarkan Diri

Megapolitan
Imbas Pengerjaan Jaringan Pipa di MT Haryono, Akan Ada Penyempitan Jalan hingga Akhir Juni 2024

Imbas Pengerjaan Jaringan Pipa di MT Haryono, Akan Ada Penyempitan Jalan hingga Akhir Juni 2024

Megapolitan
Kementerian PPPA Bentuk Tim Khusus Tangani Kasus Pemerkosaan Siswi SLB di Kalideres

Kementerian PPPA Bentuk Tim Khusus Tangani Kasus Pemerkosaan Siswi SLB di Kalideres

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com