Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasangka Baik Keluarga Mirna

Kompas.com - 22/01/2016, 09:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Dermawan Salihin terlihat tenang usai memberi keterangan kepada penyidik terkait meninggalnya Wayan Mirna Salihin (27), puterinya. Pria berkaca mata itu bahkan dengan sabar melayani wartawan yang mewawancarainya di halaman Mapolda Metro Jaya.

Dermawan yang awalnya menolak jenazah puterinya diotopsi ini sejak awal sangat kooperatif dengan pihak kepolisian. Dia bersedia tubuh Mirna diotopsi untuk mencari penyebab kematiannya.

Bukan hanya itu, dia juga ikut pra-rekonstruksi di Kafe Olivier, Grand Indonesia, bersama penyidik, beberapa waktu lalu.

Mirna meninggal seusai menyeruput es kopi vietnam yang dipesan temannya, Jessica Kumala Wongso pada Rabu (6/1/2016). Saat itu, selain Mirna dan Jessica, ada teman mereka lainnya, yakni Hani. Ketiganya merupakan teman sekolah saat di Sydney, Australia.

Dermawan mengaku tak mengenal langsung Jessica, teman Mirna. Saat di Australia, dia sempat melihat Jessica beberapa kali, namun tidak kenal secara dekat.

"Saya enggak kenal Jessica. Kenal ya pas kejadian itu," kata Dermawan kepada Kompas.com di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Dermawan mengaku tidak berfirasat apa pun sebelum Mirna meninggal. Malah, Mirna baru saja bekerja di salah satu perusahaan miliknya. Kelak, perusahaan itu akan diberikan Dermawan kepada puterinya itu.

Menurut Dermawan, siapa yang mencampur sianida ke dalam kopi yang diminum puterinya hanya ada dua, tukang kopi, atau Jessica.

Dia menyangsikan adanya keterlibatan pihak ketiga dalam kasus kematian anaknya. Sebab, ia meyakini Mirna tak memiliki musuh. Namun, dia enggan berprasangka buruk.

"Kita kan enggak boleh nuduh orang. Enggak boleh suudzon. Harus yang bener," kata Dermawan.

Dermawan enggan menyesali apa yang terjadi pada Mirna. Dia hanya berharap kasus puterinya segera terungkap. Meski pun sudah dua minggu lebih dari meninggalnya Mirna belum juga diketahui tersangkanya, dia tetap percaya polisi akan mengungkap kasus ini.

"Buat apa ada polisi? Kan kita percayain sama polisi. Kan zamannya Dir (Krimum) Krishna Murti kan hebat. Dia bisa selesaiin masalah. Dia ada Pak Herry (Kasubdit Jatanras). Saya yakin terungkap," kata Dermawan.

"Intinya kasus ini harus dibongkar karena kalau tidak dibongkar, bisa disayangkan. Kena sianida tidak ada hukumnya," ucap dia.

Berbeda dengan Dermawan, suami Mirna, Arief, dan saudara kembarnya, Shendy, tak mau banyak bicara seusai diperiksa penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Arief hanya melontarkan pernyataan singkat, "tadi semua saya jelasin."

Kompas TV Ayah Mirna Tak Kenal Jessica Wongso

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com