Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Layang Semanggi, Solusi atau Penambah Masalah?

Kompas.com - 02/02/2016, 06:56 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - April mendatang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dijadwalkan akan memulai pembangunan dua jalan layang yang akan melingkar di Bundaran Semanggi.

Dimulainya pembangunan meleset dari rencana semula yang sebenarnya akan dilakukan pada November 2015.

Dua jalan layang yang akan dibangun di Bundaran Semanggi nantinya akan berfungsi untuk pelintasan kendaraan dari dua arah, masing-masing kendaraan dari arah Grogol yang hendak menuju ke Blok M, dan kendaraan dari arah Pancoran yang hendak menuju ke Bundaran HI.

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menargetkan, pembangunan jalan layang di Bundaran Semanggi akan selesai pada 2017.

Ahok, sapaan Basuki, meyakini dua keberadaan jalan layang ini akan mampu menjadi solusi untuk mengurai kemacetan di Bundaran Semanggi.

"Nanti kita yang dari Jalan MT Haryono mau ke Bundaran HI langsung saja lingkar. Nah, yang dari Grogol mau ke Kebayoran Baru langsung ke lingkar saja, bentuknya kayak lingkaran," kata Ahok di Balai Kota, Rabu (27/1/2016). 

Pembangunan jalan layang Semanggi merupakan kompensasi koefisien lantai bangunan (KLB) dari PT Mitra Panca Persada.

Perusahaan yang berkantor di Jalan Sudirman inilah yang nantinya akan membiayai pembangunan jalan layang senilai sekitar Rp 500 miliar ini.

Dulunya, kompensasi KLB berbentuk uang yang disetorkan ke kas daerah. Namun tahun lalu, Ahok menerbitkan peraturan yang menyatakan kompensasi bisa dialihkan ke pembangunan infrastruktur.

KLB adalah presentase perbandingan luas seluruh lantai bangunan dengan luas lahan di kawasan tersebut.

Di Jakarta, ketinggian bangunan memang dibatasi menyesuaikan dengan kawasan sekitarnya yang diatur dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW). Bila pemilik bangunan ingin menambah lantai bangunannnya, maka ia harus membayar kompensasi.

"Saya bilang, oke tidak usah ganti kami duit. Itu naikkan KLB, saya kasih izin," ujar Ahok.

Meski diklaim dibangun dengan tujuan untuk mengurai kemacetan, keberadaan jalan layang Semanggi dikhawatirkan bisa saja menimbulkan dampak sebaliknya. 

Direktur Eksekutif Masyarakat Transportasi Indonesia Deddy Herlambang, mengatakan, rencana pembangunan jalan layang harus diikuti dengan studi yang serius untuk mengkaji apakah rencana ini layak dijalankan.

"Tanpa studi, pembangunan jalan di Semanggi berpotensi memindahkan kemacetan dari satu titik ke titik lain," ujar Deddy.

Tidak hanya itu, jalan layang juga dikhawatirkan akan menimbulkan dampak kemacetan selama proses pembangunan. Sebab, tanpa adanya proyek apapun, lalu lintas di Bundaran Semanggi dikenal rawan macet.

"Enggak kebayang macetnya gimana, bisa jadi seperti proyek MRT yang di Tendean yang bikin macet parah kalau pagi," ujar salah seorang warga, Roy.

"Sekarang saja belum ada proyek tersebut sudah macet di depan Polda," kata warga yang lain, Hadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com