Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Mungkin Nyamuknya Mutan, Makanya Obat "Fogging" Mesti Sering Dicek

Kompas.com - 05/02/2016, 14:03 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku telah meminta Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk mengecek obat yang digunakan dalam fogging atau pengasapan nyamuk Aedes aegypty.

Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi merebaknya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut. (Baca: Lakukanlah "Fogging" Saat Nyamuk Aedes Istirahat)

"Apakah obat fogging-nya tidak sesuai? Mungkin nyamuknya mutan, makanya mesti sering dicek," kata Basuki di Balai Kota, Jumat (5/2/2016).

Selain itu, menurut Basuki, warga perlu membersihkan rumah dan lingkungannya untuk mencegah perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypty.

Basuki lantas mencontohkan penularan DBD di wilayah tempat tinggalnya. Basuki dan anak bungsunya terkena DBD beberapa waktu lalu. (Baca: Ahok: Pas Saya Kena DBD, Jentik Nyamuknya dari Dispenser).

Menurut dia, penyakit itu muncul dari Aedes aegepty yang berkembang biak di dispenser pos satpam di lingkungan tempat tinggalnya.

"Nah, kemarin anak saya kan kena (DBD) lagi. Dilihat, ternyata di pot bunga di atas kolam renang (jentik nyambuk berkembang). Supaya air kotor tak masuk ke kolam renang, dibuatlah tatakan," kata Basuki.

Selain itu, Basuki menambah honor juru pemantau jentik (jumantik) menjadi Rp 10.000 untuk setiap laporan yang diserahkan.

Basuki juga meminta warga untuk mengajukan permohonan fogging melalui aplikasi Qlue, yang memuat menu fogging. (Baca: Ahok Katakan Warga Bisa Minta "Fogging" Melalui Qlue).

"Kalau banyak warga minta fogging, berarti kemungkinan lurahnya kurang gencar (melakukan fogging atau sebar jumantik). Maka, kita harus tekan wali kota, kalau perlu gedor rumah orang, minimal beri surat pemberitahuan suruh dia periksa di rumahnya ada atau tidak (jentik nyamuk)," ujar Basuki.

Ia juga mengingatkan konsekuensi terkena DBD jika warga menolak didatangi jumantik atau petugas fogging.

"Ini memang pendidikan yang panjang," sambung Basuki.

Adapun jumlah penderita DBD di Jakarta meningkat dalam sepekan ini. (Baca: Ini Penyebab "Fogging" Tak Ampuh Basmi Nyamuk DBD).

Data di Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, kasus DBD di Jakarta selama Januari 2016 telah mencapai 330 kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Megapolitan
Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Megapolitan
Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Megapolitan
Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Megapolitan
Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Megapolitan
Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com