Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalijodo Berubah seperti Kramat Tunggak, Kenapa Tidak?

Kompas.com - 15/02/2016, 09:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kalijodo, Jakarta Utara, menjadi tempat prostitusi kalangan kelas bawah terakhir yang ada di Jakarta. Sebelumnya, sederet lokasi prostitusi semacam Kalijodo telah ditutup oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kramat Tunggak, Jakarta Utara, salah satunya. Lokasi prostitusi yang didirikan pada 1970 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin, ditutup pada akhir 1999.

Saat penutupan, Pemprov DKI melakukan sosialisasi dan pembinaan terlebih dulu bagi penghuni lokasi prostitusi itu. Pemprov, saat itu, juga memberikan uang ganti rugi.

Wali Kotamadya Jakarta Utara saat itu, Soebagio MM, menyediakan dana Rp 30 miliar untuk pembebasan kawasan Kramat Tunggak. Namun, pada APBD 2001, tambah lagi anggaran pembebasan kawasan seluas 11 hektar itu menjadi total Rp 100 miliar.

Meski mengeluarkan biaya yang cukup tinggi, Pemprov DKI berhasil mengubah potret hitam Kramat Tunggak.

Wisma-wisma yang dihuni penjaja seks dan mucikari kala itu sudah lenyap. Wanita penjaja seks pun sudah meninggalkan lokasi itu.

Padahal sebelumnya, Kramat Tunggak pernah dihuni oleh 1.615 wanita tunasusila, 258 germo, 700 pembantu pengasuh, 800 pedagang asongan, serta 155 tukang ojek dan tukang cuci. (harian Kompas, Senin 17 Oktober 2005)

Saat ini, telah berdiri bangunan Jakarta Islamic Center, plus bangunan masjid, di kawasan tersebut. Warga pun lebih tenang setelah ada perubahan di Kramat Tunggak.

Seperti pengakuan Pardi, yang ditemui Kompas.com, beberapa waktu lalu. Warga Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, itu mengaku warga di sini sekarang hidup lebih tenang.

Tidak ada lagi kisah pembunuhan dan berbagai kasus kriminal di kawasan tersebut. Bahkan, kata dia, para istri jadi jauh lebih tenang. Sebab, rumah tangga mereka menjadi tidak terganggu.

"Dulu banyak istri yang tidak tenang, khawatir suaminya tergoda dengan layanan prostitusi di sekitarnya," kata Pardi.

Kini, Pemprov DKI Jakarta di bawah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ingin mengubah wajah Kalijodo menjadi lebih baik, seperti Kramat Tunggak kini. Pemprov ingin mengembalikan kawasan Kalijodo menjadi ruang terbuka hijau (RTH).

Tidak seperti Gubernur DKI kala itu, Sutiyoso, yang memberi ganti rugi, Basuki menegaskan tidak akan memberikan hal semacam itu kepada warga. Namun, dia menjanjikan rumah susun bagi warga Kalijodo yang memang memiliki KTP DKI.

PSK yang tidak memiliki KTP DKI akan dipulangkan ke kampung halamannya. Mereka akan mendapat bekal keterampilan agar tidak lagi menjadi penjaja layanan untuk pria hidung belang.

Saat ini, aparat TNI dan polisi sudah melakukan sosialisasi di kawasan Kalijodo. Terlepas dari penolakan warga sekitar dan penghuni lokasi prostitusi, pemerintah sedang mendata setiap rumah yang ada di sana.

Apakah Basuki alias Ahok mampu mengulang keberhasilan Sutiyoso menertibkan Kramat Tunggak di Kalijodo? Mengapa tidak....

Kompas TV Ahok: Walkot Takut Tertibkan Kalijodo, Kita Ganti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com