Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Naik Lion Air, Pas di Kantong, tetapi Enggak Pas di Hati"

Kompas.com - 20/05/2016, 18:19 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah penumpang yang pernah menggunakan jasa penerbangan dari Lion Air, berbagi pendapat dan pengalamannya setelah terjadi kesalahan prosedur Lion Air JT 161 Singapura-Jakarta di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (10/5/2016) lalu.

Denny (30), menilai pesawat Lion Air, yang pernah dia naiki dari Jakarta ke Kupang, terasa ringkih.

Saat itu, cuaca cenderung cerah. Namun, Denny mengaku merasakan beberapa kali goncangan kecil pada pesawat yang diiringi dengan bunyi, seperti ada bagian pesawat yang tidak terpasang sempurna.

"Kayaknya pesawat Lion itu ringkih. Tergoncang sedikit saja kayak ada yang mau copot. Itu saya dengar berdua sama teman saya waktu itu," kata Denny kepada Kompas.com, Jumat (20/5/2016).

(Baca: Lion Group Laporkan Dirjen Perhubungan Udara ke Bareskrim atas Tuduhan Salah Gunakan Wewenang)

Menurut dia, pelayanan Lion Air memang ketinggalan jauh dibandingkan dengan maskapai low cost carrier lainnya. 

Jika bisa memilih, maka Denny akan menggunakan maskapai selain Lion Air.

Penumpang lainnya, Silvi (24), mengakui harga yang ditawarkan Lion Air lebih murah ketimbang maskapai lain.

Meskipun selama ini pelayanan Lion Air banyak dikeluhkan, Silvi mengaku tetap memilih maskapai tersebut mengingat harganya yang murah.

"Saya itu sudah malas naik Lion Air. Cuma, karena harganya murah, pas di kantong, tetapi enggak pas di hati," tutur Silvi.

Ronny (40), mengaku sering menggunakan Lion Air. Menurut dia, terbang dengan Lion Air mirip dengan menumpang bus antarkota.

(Baca: YLKI Desak Kemenhub Perberat Sanksi untuk Lion Air)

Suasana kabin dinilainya terlalu ramai dan pendaratan pesawat terkadang tidak terlalu mulus.

"Naik Lion Air itu, mohon maaf, jadi kurang lebih sama dengan kayak naik bus antarkota begitu, Mas. Saya sering ketemu ada lalat masuk di dalam, enggak cuma sekali. Tapi, gimana ya, Lion harganya masih yang paling terjangkau," ujar Ronny.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebelumnya meminta agar kesalahan prosedur yang dilakukan Lion dan pemberian sanksi dari Kementerian Perhubungan dijadikan perbaikan oleh pihak Lion Air.

YLKI juga menyarankan Kemenhub memberi sanksi lebih berat kepada Lion Air supaya ada efek jera atas pelayanan buruk yang diberikan kepada penumpang selama beberapa tahun terakhir.

Kompas TV Tolak Sanksi, Lion Air Lawan Kemenhub
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com