Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setara: 61 Persen Siswa Toleran; 35,7 Persen Puritan; 2,4 Persen Radikal

Kompas.com - 25/05/2016, 06:22 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada April lalu, Setara Institute mengukur tingkat toleransi siswa SMA Negeri di Jakarta dan Bandung Raya.

Survei yang dilakukan terhadap 760 siswa ini, menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki sikap toleransi.

Hasil survei menunjukkan, 61 persen siswa memiliki sikap toleransi, 35,7 persen intoleran pasif atau puritan, 2,4 persen intoleran aktif atau radikal, dan 0,3 persen berpotensi menjadi teroris.

Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan bahwa hasil survei ini terbilang baik karena hanya 0,3 persen atau sebanyak tiga orang yang berpotensi menjadi teroris.

"Dilihat hasil akhirnya, kami relatif cukup optimis. Kami tidak bisa mengklaim ini representatif tapi ini cerminan bahwa ada tantangan untuk terus meningkatkan pemahaman toleransi di sekolah," ujar Bonar di Cikini, Selasa (24/5/2016).

Sikap toleransi juga ditunjukkan dengan 81 persen siswa menolak adanya organisasi agama yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara, 85,2 persen siswa menolak adanya pelarangan pendirian rumah ibadah, 79,4 persen siswa menolak adanya pihak yang melakukan kekerasan dalam memperjuangan keyakinannya, dan 74,4 persen siswa menolak kelompok yang mengkafirkan agama lain.

Kendati demikian, menurut Bonar, dilihat dari dimensi ideologis, keyakinan siswa pada agama dinilai cukup mengkhawatirkan.

Sebab, 58 persen siswa memilih syariat Islam ditegakkan. Sistem syariat sendiri tidak sesuai dengan kehidupan bernegara dengan sistem demokrasi yang menjunjung pluralisme.

"Mereka memikirkan semua persoalan dunia akan selesai dengan sendirinya jika syariat Islam ditegakkan. Ada semacam idealisasi, romantisme, dan utopis agama akan mampu menjawab semua pertanyaan duniawi," kata Bonar.

Ia menyatakan bahwa kelompok pelajar yang disurvei, sejatinya masih dalam proses pembentukan presepsi dan labil.

Sikap toleransi dan beragama mereka, kata dia, masih bisa berubah tergantung dari faktor internal dan eksternal.

"Institusi pendidikan, orangtua, dan media, itu sangat vital. Dari situ siswa mendapat pengetahuan tentang agama," ujar dia. 

Oleh karena itu, dari hasil penelitian ini, Setara memberikan rekomendasi bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama, dan Dinas-dinas Pendidikan di tiap wilayah untuk memberikan perhatian terhadap dinamika toleransi siswa.

Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan kurikulum dan buku referensi mendukung penuh toleransi.

Begitu juga dengan guru yang tidak menyesatkan siswa dengan pola pikir primordial dan etnosentris.

"Yang berpotensi menjadi teroris memang sedikit, tapi yang bersikap intoleran, yang puritan, atau punya pemikiran radikal, itu bisa mengarah ke terorisme juga nantinya," ujar Bonar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Megapolitan
Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com