JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI optimistis temuan penggunaan bahan berbahaya selama Ramadhan tahun ini akan turun dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini disampaikan Kepala BPOM DKI Jakarta Dewi Prawitasari, di sela sidak di Pasar Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (10/6/2016).
Menurut Dewi, pada operasi Ramadhan tahun 2014, temuan penggunaan bahan berbahaya dari hasil operasi mencapai 22 persen. Tahun 2015 lalu, temuannya menurun menjadi 12 persen.
"Hari keempat puasa ini se-DKI sudah 7,8 persen. Cuma ini belum selesai, kami masih akan kembali. Prediksinya saya yakin akan di bawah tahun lalu," kata Dewi, di Jalan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (10/6/2016).
Temuan 7,8 persen penggunaan bahan berbahaya itu ada di tujuh pasar dan lima lokasi jajanan takjil di DKI. Masih ada titik lain yang akan disidak untuk mengetahui apakah pangan yang dijual mengandung bahan berbahaya seperti formalin, rhodamin B, methanil yellow, atau boraks.
Salah satu penyebab menurunnya penggunaan bahan berbahaya, kata dia, karena pedagang dan masyarakat mendapat edukasi dari pihaknya. Pihaknya berpesan agar masyarakat juga mengawasi pangan yang akan dikonsumsi di bulan Ramadhan ini.
"Kami memberikan penyuluhan ke masyarakat dari berbagai lapisan, bahwa bahan berbahaya itu dilarang," ujarnya.
Namun, diakuinya untuk mengetahui langsung pangan tersebut dicampur bahan berbahaya atau tidak memang tak mudah. Hanya cara pengujian atau tes terhadap sampel pangannya, untuk mengetahui apakah aman dari bahan berbahaya atau tidak.
"Memang harus dites. Tapi untuk yang enggak pakai formalin, biasanya itu bisa dilihat, kalau yang enggak pakai formalin itu dilalarin (ada lalat)," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.