BEKASI, KOMPAS.com — PT Godang Tua Jaya selaku pengelola tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang mencatat adanya lonjakan volume sampah pasca-pembebasan operasi truk sampah DKI Jakarta selama 24 jam sejak April 2016.
"Lonjakan sampah warga DKI saat ini rata-rata mencapai 7.000 ton per hari atau melonjak dari kesepakatan kontrak kerja, yakni 2.000 ton per hari," kata Managing Director PT GTJ Dauglas J Manurung di Bekasi, Selasa.
(Baca juga: Ahok: Pemutusan Kontrak Pengelola TPST Bantargebang Tunggu Hasil Audit)
Menurut dia, situasi itu menyalahi kontrak kerja atau kesepakatan antara Pemprov DKI Jakarta dan pengelola PT Godang Tua Jaya (GTJ) atau PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI).
Karena membeludaknya sampah DKI di Bantargebang itu, menurut Dauglas, PT GTJ kesulitan mengolah gas metana menjadi pembangkit listrik, yang merupakan salah satu kewajiban pengelola.
"Gas metana itu hanya muncul dari pembusukan sampah lama. Kalau sampah lamanya terus-menerus ditumpuk dengan lapisan baru, maka gas metananya akan hilang," kata dia.
Pemerhati lingkungan dari Koalisi Persampahan Nasional, Benny Tunggul, mengatakan, kelebihan pembuangan sampah tersebut dinilai berlawanan dengan rencana induk persampahan Pemprov DKI 2012-2032.
"DKI telah gagal membangun intermediate treatment facilities (ITF) di tiga wilayah Jakarta, yakni di Sunter, Cakung Cilincing, dan Marunda, yang sebelumnya ditargetkan mampu mengolah sampah di hulu masing-masing 1.500 ton per hari," ujar dia.
Menurut dia, proyek ITF Pemprov DKI Jakarta sejak 2012 tidak terlaksana, bahkan kini nyaris tak terdengar kabarnya.
"Sejak dilaksanakannya 'beauty contest' pada tahun 2012, yang diikuti oleh tiga perusahaan yang lolos prakualifikasi memasuki babak akhir, di antaranya PT Phoenix Pembangunan Indonesia, PT Jakarta Green Initiatives, dan PT Wira Gulfindo Sarana, sampai kini tidak ada pelaksanaan di tiga wilayah Jakarta sehingga terjadi penumpukan sampah ke Bantargebang," papar dia.
(Baca juga: Yusril: Bantargebang Ahok Pakai BPK, tetapi Sumber Waras Dia Bilang BPK "Ngaco")
Semestinya, lanjut dia, ITF ini menggunakan teknologi thermal untuk incenerator sehinggamampu mengolah sampah Jakarta sebesar 1.000-1.500 ton per hari dengan menghasilkan listrik 15 megawatt.
"Jika ketiganya selesai dibangun 2017, sekitar 4.000 ton sampah per hari dapat diolah di dalam kota. Setidaknya pembangunan fasilitas pengolahan sampah seperti ITF Cakung, ITF Sunter, dan Sentra 3R (reuse, reduce, recycle), maka target Pemprov DKI mengurangi sampah 17 persen pada tahun 2015 dapat dicapai," tutur dia.