JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Ellen Tangkudung menilai upaya sterilisasi jalur bus transjakarta atau busway dapat lebih efektif jika PT Transjakarta terus menambah armada busnya.
Penambahan jumlah armada diharapkan dapat memperlihatkan jalur bus transjakarta selalu ramai oleh bus, sehingga tidak ada jalur yang kelihatan kosong dan dapat dimanfaatkan oleh pengemudi kendaraan lain untuk melaju di sana.
"Sterilisasi busway ini sebenarnya bukan hal baru. Ada banyak yang membuat jalur itu jadi belum steril. Busnya sendiri masih sedikit. Jika mau mengembalikan sterilisasi, maka jalur itu harus selalu diisi oleh bus, jangan sampai kelihatan kosong," kata Ellen kepada Kompas.com, Selasa (14/6/2016) malam.
Menurut Ellen, di beberapa jalur bus transjakarta, masih banyak jalur yang lebih sering kosong ketimbang dilewati oleh bus. Hal itu juga yang sering dimanfaatkan oleh pengendara untuk masuk ke busway sebagai jalur alternatif menghindari kemacetan di jalur reguler.
Salah satu contohnya ada di sepanjang Jalan Daan Mogot, baik dari arah Tangerang menuju Jakarta maupun sebaliknya. Kondisi ini sempat menjadi hal biasa sebelum sterilisasi busway diberlakukan kembali mulai Senin (13/6/2016).
Adapun dalam pelaksanaan sterilisasi busway yang disepakati oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya, hanya kendaraan tertentu yang diperbolehkan untuk melintas di jalur tersebut selain bus transjakarta. Kendaraan yang dimaksud adalah mobil ambulans, pemadam kebakaran, dan mobil dinas negara berpelat RI.
Sedangkan kendaraan lain di luar kategori itu yang melintas di jalur bus transjakarta, akan dikenakan Pasal 287 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan selaku penerobos busway dengan sanksi denda maksimal Rp 500.000.