Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RPTRA Disebut Program Lama yang Ganti "Casing", Ahok Bilang Itu Orisinal

Kompas.com - 18/10/2016, 14:45 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sama sekali berbeda dengan taman interaktif.

"(Taman interaktif) itu betul-betul hanya taman kecil di pojok, dan itu pun tidak pernah direalisasikan dengan berhasil, 50 taman pun enggak ada," kata Ahok di RPTRA Rusun Marunda, Jakarta Utara, Selasa (18/10/2016).

Dia mengatakan, konsep taman interaktif hanyalah taman seluas 200 meter di setiap RW untuk tempat berkumpul orang. Taman interaktif juga direncanakan sejak Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman masih dipegang oleh Sarwo Handayani.

Konsep taman tersebut juga muncul pada masa pemerintahan Sutiyoso dan Fauzi Bowo. Namun, sampai sekarang tidak banyak taman interaktif yang berhasil dibangun.

Ahok mengatakan hal itu untuk menanggapi komentar bakal cawagub DKI, Sylviana Murni, yang menyebut program RPTRA hanya ganti casing dari program taman interaktif pemerintahan sebelumnya.

(Sylviana Murni: RPTRA Cuma Ganti "Casing", Dulu Namanya Taman Interaktif)

Ahok mengatakan, RPTRA memiliki konsep yang lebih dari sekadar taman. RPTRA diperuntukkan bagi warga dari ibu hamil hingga mereka yang lansia. Tujuannya agar setiap warga saling berbagi dengan warga lain jika memiliki masalah.

Jumlah RPTRA yang dibangun di Jakarta sudah lebih dari 50 tempat. Rencananya, ada 123 RPTRA yang akan dibuat Pemprov DKI tahun ini.

Ahok menambahkan, banyak kepala daerah yang mengatakan membangun ini dan itu. Namun, pada akhirnya, yang paling menentukan adalah realisasinya. Seperti RPTRA, Pemprov DKI serius membangun tempat itu sebanyak mungkin di tiap RW. Bahkan, kata Ahok, konsep RPTRA saat ini sedang diperlombakan di tingkat internasional di Guangzhou, China.

"Jadi kalau RPTRA ini dibilang kayak taman interaktif, aduuh, begini deh, kadang-kadang yang mau jadi gubernur itu Anda harus keluarkan ide-ide yang orisinal dan bisa dibuktikan," kata Ahok.

RPTRA adalah konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai permainan menarik, pengawasan kamera CCTV, dan ruangan-ruangan yang melayani kepentingan komunitas yang ada di sekitar RPTRA tersebut, seperti ruang perpustakaan, PKK Mart, dan ruang laktasi.

Sylviana sebelumnya mengatakan, RPTRA dulu bernama taman interaktif. Pemprov DKI Jakarta sudah giat melakukan pembangunan taman interaktif. Bahkan, taman interaktif, kata Sylvi, sudah ada sejak Soerjadi Soerdirdja menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, kemudian dilanjutkan pada zaman Sutiyoso dan Fauzi Bowo.

"Zaman Bang Yos sudah ada koran, kalian baca saja search di Google, ada enggak konsep RPTRA seperti yang kami lakukan? Enggak ada. Ini orisinal dari pertemuan, yang kami ciptakan," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com