Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang Kompas: Politik Aliran Kembali Naik di Pilkada DKI 2017

Kompas.com - 22/12/2016, 09:01 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas pada Desember ini menunjukkan naiknya pilihan politik berdasarkan basis primordial agama atau sering disebut "politik aliran" pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Responden pemilih partai berbasis massa Islam cenderung memilih kepala daerah yang seakidah meskipun aspirasinya berbeda dengan dukungan yang diberikan partai pilihan mereka.

Sebaliknya, fenomena demikian tidak terlihat pada responden pemilih partai berbasis massa nasionalis. Pilihan responden lebih dinamis sehingga terlihat lebih cair dalam konstelasi dukungan terhadap ketiga pasangan calon. Faktor agama bukan menjadi penentu utama dalam menentukan calon gubernur pilihan mereka.

Jika partai-partai pengusung dipetakan terhadap tiga pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, akan menghasilkan dua motif utama, yaitu partai nasionalis plus Islam (partai berbasis massa Islam) dan partai nasionalis murni.

Partai nasionalis plus Islam direpresentasikan melalui pasangan nomor satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni (Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN) dan pasangan nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Gerindra, PKS).

Sementara itu, partai nasionalis murni direpresentasikan melalui pasangan nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat (PDI-P, Golkar, Nasdem, dan Hanura).

Dari pemetaan tersebut, responden yang tergabung dalam partai koalisi pengusung Agus-Sylvi terlihat paling konsisten dalam memilih calon gubernur, yaitu 61,3 persen.

Untuk partai koalisi pengusung Ahok-Djarot sedikit lebih cair karena tidak semua responden memilih secara konsisten sesuai dengan dukungan dari partai pilihan mereka. Konsistensi pemilih koalisi partai ini mencapai 56 persen. Artinya, proporsi responden yang memiliki perbedaan aspirasi dengan garis politik partai relatif sama besarnya.

Sementara itu, pemilih partai koalisi pengusung Anies-Sandi yang memilih mereka berdua sebanyak 41,6 persen.

Survei Litbang Kompas diselenggarakan pada 7-15 Desember 2016. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 800 responden secara acak yang tersebar di enam kota/kabupaten di Jakarta. Jumlah responden di setiap wilayah ditetapkan secara proporsional.

Survei dilakukan menggunakan metode pencuplikan sistematis dari daftar pemilih sementara (DPS) DKI Jakarta. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin error plus minus 3,46 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.

Baca: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Agus-Sylvi 37,1 Persen, Ahok-Djarot 33 Persen, Anies-Sandi 19,5 Persen.

Survei Litbang Kompas: 3 Alasan Undecided Voters Belum Tentukan Pilihan

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 Desember 2016, di halaman 10 dengan judul "Memperebutkan Pemilih Bimbang".

Anda juga bisa mengikuti ulasan Litbang Kompas terkait hasil survei pre-election Pilkada DKI dalam empat tulisan mendalam yang secara berturut-turut di Harian Kompas mulai Rabu kemarin.

Selain melalui koran cetak, Anda bisa mengakses Harian Kompas versi e-paper melalui aplikasi di telepon seluler Anda atau melalui website http://epaper.kompas.com  jika dari desktop. Bagi Anda yang belum berlangganan harian Kompas, klik http://kiosk.kompas.com untuk berlangganan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puas Mudik Naik Kereta, Pemudik Soroti Mudahnya 'Reschedule' Jadwal Keberangkatan

Puas Mudik Naik Kereta, Pemudik Soroti Mudahnya "Reschedule" Jadwal Keberangkatan

Megapolitan
Razia Usai Libur Lebaran, Dinsos Jaksel Jaring Seorang Gelandangan

Razia Usai Libur Lebaran, Dinsos Jaksel Jaring Seorang Gelandangan

Megapolitan
Cara Reschedule Tiket Kereta Cepat Whoosh Secara Online

Cara Reschedule Tiket Kereta Cepat Whoosh Secara Online

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK90 Tanjung Priok-Rusun Kemayoran

Rute Mikrotrans JAK90 Tanjung Priok-Rusun Kemayoran

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 17 April 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 17 April 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com