JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meresmikan Jakarta Creative Hub pada Rabu (1/3/2017).
Jakarta Creative Hub yang berlokasi di lantai 1 Gedung Graha Niaga Thamrin, Jakarta Pusat, ini merupakan wadah bagi para pelaku usaha muda untuk mengembangkan kreatifitas mereka dan berwirausaha.
Begitu masuk ke lokasi, kesan yang muncul adalah muda dan menarik. Banyak pengunjung, termasuk awak media, yang ketika itu berfoto-foto di berbagai sudut Jakarta Creative Hub.
Tampak mural menarik yang menghiasi dinding tempat itu. Jakarta Creative Hub yang didesain minimalis itu didominasi warna hitam dan putih.
Leonard Theosabrata, salah seorang pendiri Indoestri, pihak ketiga yang bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, mengatakan bahwa Jakarta Creative Hub terbagi dalam tiga konsep.
"Pertama, sebuah makerspace, co-office, dan co-working. Tiga konsep itu menjadi satu dalam Jakarta Creative Hub," kata Leo, Rabu (1/3/2017).
(Baca juga: Ahok Bakal Beri Modal Pelaku UKM di Jakarta Creative Hub)
Di dalam Jakarta Creative Hub, lanjut dia, ada beberapa ruangan penunjang, seperti ruang pelatihan, bengkel kerja, perpustakaan, laboratorium komputer, dan ruang belajar.
Ada ruang kerja yang disubsidi oleh Pemprov DKI Jakarta dan dapat disewakan kepada pelaku UKM di bagian belakang Jakarta Creative Hub.
"Misalnya untuk mendapat office yang ukuran segitu di kawasan Thamrin, kami masih finalisasi, tetapi mungkin starting Rp 3 juta per ruangan (untuk sewa tiap bulannya). Ada 12 ruangan," kata Leo.
Selain menyediakan tempat, Pemprov DKI Jakarta menyediakan alat untuk berkreasi dan berwirausaha.
Sebanyak 35 alat yang disediakan Pemprov DKI Jakarta itu dapat digunakan secara cuma-cuma.
Ada mesin jahit, mesin potong besar, mesin gerber, mesin untuk kulit, kayu, logam, dan lainnya.
Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memberi pendampingan kepada para peserta.
Pihak ketiga yang juga pelaku industri kreatif ini akan menerapkan modul-modul kepada peserta. Indoestri sendiri memiliki 60 jenis pelatihan, mulai dari natural perkayuan, permetalan, kulit, hingga organic farming.
"Dari pihak ketiga, mungkin ada biaya yang mereka tarik (kepada peserta), tetapi tempatnya tidak dipungut biaya oleh pemda," kata Leo.